p.r.o.m.p.t I

380 36 8
                                    

Tidak. Dirinya tidak boleh merasa terintimidasi disituasi ini. Tao berusaha keras untuk tidak gemetar, satu tangannya memegangi lengannya yang lain dan kedua matanya tertuju pada vas bunga porselen di sudut ruangan. Warna putih dan lukisan bunga teratai di permukaannya terkesan cukup semarak di dalam ruangan yang terasa menyesakkan.

Suasana yang sangat tidak dia sukai, tak pernah terbayangkan dirinya berada di suasana seperti ini sebelumnya, bahkan tidak di dalam mimpi. Tao mencoba memperhatikan lebih seksama lukisan bunga teratai di porselen itu, mencoba mengagumi keindahannya, mengabaikan suasana temaram dan udara yang begitu berat melingkup ruangan ini. Saat matahari bersinar begitu terang di luar sana, rasanya sangat mustahil jika ruangan ini berubah menjadi mencekam.

Tao tidak tahu mengapa dirinya dengan mudah menyetujui permintaan ayahnya untuk mewakili beliau menghadiri pertemuan salah satu perusahaan yang menjalin kerjasama dengan perusahaan ayahnya. Tao hanya ingin membantu meski sejak awal dirinya tidak pernah tertarik dengan dunia bisnis.

Seandainya dirinya tidak bersimpati dengan tatapan ayahnya saat itu, sudah pasti dia tidak akan berakhir di tempat mengerikan ini. Tidak bertemu dengan si pemilik ruangan yang membuatnya teringat beberapa peristiwa yang ia alami beberapa hari yang lalu.

Tao menyesal, sungguh. Dia hanya ingin pulang sekarang juga, tapi energinya terkuras habis, dia gemetar seperti orang bodoh dan kepalanya mulai berdenyut. Pemilik ruangan ini seperti menyerap habis semua energi darinya, terdengar bodoh memang. Tapi Tao tahu jika dirinya sedang tidak berkhayal.

Hanya satu gerakan kecil di balik meja mahogani besar membuat Tao tersentak di tempat duduknya. Menunjukkan betapa takut dirinya saat ini.

Tatapan orang itu seperti dapat melubangi kepalanya, rasanya begitu panas. Sementara Tao menyadari jika dirinya tidak akan bisa keluar dari tempat ini jika dia tidak segera mengakhirinya.

"Aㅡ" Tao merutuk dalam hati saat mendengar suaranya seperti seseorang yang  sedang tercekik. Dia seharusnya tidak boleh terlihat ketakutan seperti ini pada seseorang yang bahkan tidak melakukan apapun dan hanya duduk di kursi kerjanya ㅡseperti patungㅡ sejak dirinya masuk ke ruangan ini.

"Aku tidak tahu pekerjaan apa yang anda dan ayahku sepakati" menarik nafas, Tao memberanikan diri memalingkan tatapannya dari vas porselen pada sosok seorang pria yang duduk di balik meja.

Pria itu sejak tadi hanya menatapnya, tak bergerak. Dibalut setelan biru gelap, kedua tangannya bertautan, mustahil bagi seseorang menatap begitu lama tanpa berkedip.

Tao seketika menyesal menatap pria itu.

Tapi terlambat, dirinya sudah tidak bisa menghindari tatapan pria itu lagi.

"Begini Tuan Wu" Tao menahan nafas. "Jika anda tidak ingin melakukan pertemuan ini maka aku akan pergi" dia harus mengatakannya cepat atau lambat. Tao tidak ingin terjebak di ruangan ini lebih lama lagi.

Pria itu tak bergeming, tidak ada emosi di matanya, hal itu membuat Tao semakin ketakutan. Tangannya gemetar saat meraih tas di sampingnya dan dia mendengar suara yang berat juga dingin hingga membuatnya merinding.

"Kau pasti tidak tahu kenapa ayahmu justru memintamu menggantikan dirinya untuk datang kemari, bukan?"

Tao menatapnya lagi. Dia tahu jika tidak bisa mengabaikan suara yang sarat akan perintah dan kekuatan itu.

"Kau bisa memanggilku Kris. Aku yakin hari ini bukan pertama kalinya kita bertemu, Tao"

Tao benar-benar ingin segera pergi, dia ingin kabur, dari ruangan ini, dari pria bernama Kris itu dan dari situasi aneh yang membuatnya sangat ketakutan seperti ini. Dia tidak ingin mengingatnya, sama sekali.

Alasan mengapa dirinya sangat takut bahkan selangkah kakinya memasuki ruangan ini, adalah ketika ia melihat Kris yang duduk di balik meja.

Katakan dia gila atau apapun, karena Tao berani bersumpah jika sebelum kedatangannya ke perusahaan ini, dirinya pernah beberapa kali melihat sosok laki-laki itu. Awalnya Tao yakin jika dirinya sedang beralusinasi melihat wajah yang sama berkali-kali, tapi ketika dia memasuki ruangan ini, Tao mengetahui saat itu jika Kris berbahaya.

Laki-laki itu mengerikan.

"Siapa sebenarnya kau?" adalah pertanyaan yang terlonrtar dari bibir Tao. Pelan, seperti berbisik.

Kris tersenyum, terlihat palsu. Sosoknya bangkit berdiri, dengan serangkaian bulu berwarna abu-abu gelap yang perlahan muncul dan membentuk sepasang sayap layaknya seekor burung yang sangat besar di punggungnya, Tao terbelalak dengan wajah berubah pucat dan suara tercekik di tenggorokan.

"Finally we meet in person, this way i don't have to follow you anymore. And i hope you can cooperate well" Kris masih tersenyum, kali ini sudut matanya berkerut, menunjukkan jika dia senang.

Tao tidak bisa bergerak, kedua kakinya lemas dan suaranya bergetar.

"M-makhluk apa kau s-sebenarnya?"








******



Words lenght: 696
Sori kalo aneh ya, i'm trying 😅
Fyi, cerita2 di sini tidak saling berkaitan ya, dan akhirannya memang gantung 😋

Words lenght: 696Sori kalo aneh ya, i'm trying 😅Fyi, cerita2 di sini tidak saling berkaitan ya, dan akhirannya memang gantung 😋

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
p. r. o. m. p. tWhere stories live. Discover now