🌸 Vingt Trois

7.1K 1.2K 79
                                    

"Pernah nggak sih, kepikiran jodoh lo nanti siapa?"

Kamu yang saat itu lagi sibuk ngunyah makan siang jadi berhenti, terus mikir. Beneran mikir karena, iya juga. Kita kan gak tau jodoh kita nanti, kira-kira siapa ya? Apa orang yang bareng sama kita terus—konteksnya pacar—bisa jadi jodoh kita nantinya?

Pinky yang nanya pun masih sibuk mikir, mulutnya begerak tapi kepalanya mikir. Antara mikir kenapa wafer keju bisa seenak itu dan jodohnya Jun atau bukan.

"Jujur aja, baru kepikiran sekarang," jawabmu pelan. "Katanya jodoh itu cerminan kita, ya? Lo percaya?"

Gelengan kepala jadi jawaban atas pertanyaan kamu beberapa sekon lalu, yang sebenernya Pinky juga bingung mau jawab apa karena dia awam di permasalahan ini. Ada satu sisi dirinya yang percaya kalo jodoh itu cerminan kita, tapi satu sisi lagi nolak. Ya masa kita ketemu sama yang sejenis kayak kita?

"Lo sendiri?" Pinky ngangkat kepala, natap kamu nunggu jawaban.

Kamu mengendikkan bahu, jawabanmu abu-abu. Karena sejujurnya, kamu nggak yakin sama konsep jodoh itu yang seperti apa.

"Nggak ngerti, tapi bukannya jodoh itu saling melengkapi, ya? Berarti bukan cerminan kita dong?"

"Apaan sih, Cil, sok banget dih bahas jodoh," sahut satu suara yang bikin kamu sama Pinky noleh barengan. Seungyoun jalan ke arah kalian dengan satu gelas es teh manis di tangan kiri, tangan kanannya masuk saku celana, gaya abis.

"Masih hidup ternyata." Pinky ikut menyahuti disusul satu senyum yang keliatan jelek banget di mata Seungyoun.

Yang paling tinggi ngasih tatapan males ke Pinky sebelum ngomong, "Jangan mulai dah."

Seungyoun duduk di samping Pinky sambil ngeletakkin minumnya di atas meja. Hari ini Seungyoun keliatan cerah, kaos lengan pendek warna kuningnya bikin dia bersinar banget. Mungkin mau ngalahin Matahari. Tapi kamu bingung, bisa-bisanya ini anak pake kaos warna terang ke kampus, apa nggak capek jadi pusat perhatian?

Tapi ya ini Seungyoun, selagi dia bisa pake apa yang bikin dia nyaman, ya hajar aja. Mau itu jadi pusat perhatian, atau nggak yang penting Seungyoun nyaman.

"Tumben berdua doang?" tanya Seungyoun sebelum menyesap minumannya lewat sedotan stainless—kamu baru sadar sekarang.

Tanganmu balik nyuapin makanan ke dalem mulut, sebagai gestur kalo kamu nolak jawab. Males, lebih tepatnya. Jadi Pinky yang ambil andil buat jawab pertanyaan Seungyoun.

"Soalnya pengen berdua, lo tumben nggak ngumpul sama temen lo, Yon?"

Si pemuda ngelirik Pinky sekilas, "Soalnya lagi pengen ketemu pacar sama selingkuhan gue."

"Gila," sungut Pinky begitu tau apa yang dimaksud Seungyoun. Emang kadang otak sama mulutnya Seungyoun itu perlu di-setting ulang biar nggak eror terus. Pinky aja suka pusing kalo ngadepin Seungyoun sendiri. Soalnya ini anak tenaganya suka di luar batas wajar, beneran bikin pusing dalam arti yang sebenar-benarnya.

Ketika Pinky sama Seungyoun akhirnya larut dalam obrolan yang gak tau temanya apa, tapi bahas soal kenapa kucing sama anjing suka dibanding-bandingin, kamu tiba-tiba merhatiin Seungyoun. Kira-kira manusia kayak dia pernah mikirin tentang konsep jodoh nggak, ya? Tatapanmu berubah kosong begitu liat kerah kaos Seungyoun.

Kalau jodoh itu, udah pasti menikah atau nggak, sih? Terus gimana sama orang yang menolak untuk menikah? Gimana sama nasib jodohnya? Pertanyaan semacam ini cukup banyak muter di kepala kamu. Sampe akhirnya satu per satu pertanyaan muali keluar dari belah bibirmu.

"Kalo jodoh dan kita nikah, tapi ternyata malah nyakitin satu sama lain, atau ternyata di persimpangan hidup nanti kita punya mimpi lain yang bertentangan sama jodoh kita, gimana? Apa kita harus berhenti?" Kamu masih natap kosong ke satu titik, tapi bibirmu terus ngoceh. "Cinta itu yang kayak gimana? Kalo jodoh tapi kita nggak cinta gimana? Atau misalnya kita cinta tapi ternyata gak jodoh gimana? Mungkin gak—"

"Wow, calm down, darl," potong Seungyoun tiba-tiba yang mana bikin kamu tersentak pelan dan natap matanya lekat. Udah sejauh apa kamu ngoceh, ya?

"Berhenti makannya, minum dulu," kata Pinky sambil nyodorin air mineral punyamu. Cewek itu keliatan bingung tapi juga khawatir. "Pelan-pelan minumnya."

Seungyoun natap kamu lekat-lekat, masih belum angkat suara perihal kenapa bicaramu ngelantur sejauh itu. Dia masih nyusun praduga dalam otaknya.

"Sori, pasti ngaco banget ya pertanyaan gue?"

"Apa yang ganggu pikiran lo?" tanya Seungyoun setelahnya.

Kamu ngejilat belah bibirmu sebelum jawab, "Gue cuma bingung aja, kenapa di dunia ini perlu ada yang namanya jodoh?"

Satu hal yang ditangkep sama Seungyoun dari seluruh pertanyaanmu adalah, kamu takut.

Kamu takut kalo kamu nggak ketemu satu titik yang sama, sama orang yang kamu ajak jalan bareng-bareng. Kamu takut kalo di satu waktu, orang itu pilih jalan balik. Pergi buat wujudin mimpinya yang lain.

"Apapun yang lo takutin, lo pikirin, belum tentu kejadian, oke?"

Pinky ngehela napasnya, nganggukin ucapan Seungyoun sebelum ngeraih tanganmu terus ditepuk-tepuk ringan.

"Seandainya lo butuh tempat berbagi, inget, jangan sungkan dateng ke gue, Jun, atau Seungyoun. Oke?"

Pelan-pelan kepalamu ngangguk, mungkin kali ini kamu sedikit keterlaluan karena mempertanyakan hal yang udah diatur sama Tuhan.

"Thanks," jawabmu pada akhirnya.

🌸

Husband Series - Februari 2019

-muffinpororo

[Husband Series] | Byun BaekhyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang