29

28.7K 3K 569
                                    

Taehyung POV

Detak jantungku terasa berhenti berdetak, bahkan aku tak bisa merasakan desiran darahku lagi di tubuh ini. Kabar yang Lisa bawa seolah menggiringku kedalam jurang kehancuran. Aku merasa gagal sebagai seorang kakak, aku tak bisa menjaga adikku dengan baik.

Aku melihat kilatan amarah di mata Lisa, ia menghajar Jin secara membabi buta. Si bajingan itu pantas mendapatkannya. Jauh dilubuk hatiku, aku juga ingin sekali menghajarnya tapi kemudian bisa ku pastikan ia akan mati di tangan kami berdua. Sekuat tenaga aku menahan diriku agar tak membantu Lisa.

Aku beralih menatap appa dan eomma yang memandang Jennie dengan wajahnya yang memucat. Tentu mereka merasakan hal yang sama denganku. Kami kecolongan, membiarkan si brengsek ini masuk menjadi anggota keluarga kami.

"Jangan menuduh suamiku tanpa bukti. Ia tidak mungkin melakukan itu pada Jennie".

Aku mengepalkan kedua tanganku. Bantahan yang Jisoo lakukan kembali memenuhi isi kepalaku. Bagaimana bisa ia menuduh adiknya memfitnah suami brengseknya itu. Kenapa ia tak bisa mempercayai Jennie yang telah hidup bersamanya sejak kecil. Dan lebih memilih mempercayai seseorang yang baru ia kenal.

Aku menatap Jisoo marah. Saat ini ia berada di dalam pelukan Irene yang sedang berusaha keras menahan tubuh kecil Jisoo yang terus memberontak ingin membantu Jin. Ia bahkan berteriak histeris saat Lisa terus saja memukul suaminya tanpa ampun. 

Setiap pergerakan Jisoo tak lepas dari pandanganku, bahkan saat ia melepas paksa pelukan Irene dan mendekatiku. Menggenggam erat kedua tanganku dengan tatapan memohon.

"Oppa, kumohon hentikan Lisa"pintanya.

Tidak, aku tidak bisa. Malah aku sangat mendukung aksi Lisa ini. Aku membuang jauh pandanganku dari Jisoo, mengisyaratkan padanya jika aku menolak permintaannya barusan.

Ia kembali berteriak, meraung dan meminta Lisa berhenti. Begitu ia mencoba melangkah untuk mendekati Lisa dan Jin, dengan cepat ku tarik tangannya dan kembali mengunci pergerakannya. Tak ku pedulikan teriakannya yang memekakkan telinga.

"Li,,Lisa". Pelukan erat Jennie dipinggang Lisa akhirnya dapat menghentikan aksi gila itu.

Aku bersyukur Jennie bergerak lebih cepat. Aku khawatir dengan amarah Lisa, ia bisa saja membunuh Jin jika Jennie tak menghentikannya. Karena bagiku, satu-satunya orang yang berhak menghentikan Lisa saat ini hanya Jennie, sang korban.

"Cukup Lisa"ujar Jennie parau.

Aku menatap Jennie dengan nanar. Melihat Lisa memeluk tubuh adikku, membuatku ingin menangis. Aku bisa melihat betapa tulusnya Lisa pada Jennie. Ia menjaga adikku dengan sangat baik.

Mungkin selama ini aku yang salah dalam menilai Lisa. Akibat perjodohan itu, aku membenci Lisa. Pikiran pendekku kala itu hanya melihat dari sudut pandang Jennie yang seakan dipaksa untuk menuruti keinginan appa. Menjadikannya alasan untukku menentang hubungan mereka.

Jisoo segera berlari, membantu Jin untuk bangkit. Sekilas kulihat tak ada luka yang berarti di wajahnya. Namun entah di tubuhnya yang lain, karena Lisa lebih banyak menendang dadanya.

Kemudian tanpa sengaja mataku bertemu dengan mata Lisa walau hanya sesaat. "Aku akan membawa Jennie keluar dari rumah ini. Dengan atau tanpa persetujuan kalian"ujarnya.

"Dan satu lagi. Aku tak akan membiarkan kalian menemui Jennie tanpa izinku. Aku tak bisa lagi mempercayai siapapun dari kalian"tambahnya lalu pergi meninggalkan kami menuju kamarnya.

Aku hanya menatap punggung keduanya hingga tak terlihat lagi. Aku mengerti, sangat mengerti akan keputusan yang Lisa ambil. Ku pikir ini juga keputusan yang terbaik bagi Jennie, menjauhkannya dari si biang masalah. Setidaknya bersama Lisa, Jennie akan jauh lebih aman.

Entangled with The SupermodelWhere stories live. Discover now