0 6

21.3K 6.7K 1.7K
                                    

Jumlah chapter cerita ini gak banyak, mungkin belasan ^^




Suasana di meja makan saat ini sangat dingin. Entah apa yang terjadi pada Soobin dan Beomgyu di luar kosan, mereka terlihat tidak bersahabat.

Yang paling mencurigakan tentu saja Beomgyu, orang yang sebelumnya banyak bicara, kini hanya diam, fokus pada makanannya.

Taehyun bingung, tumben sekali seorang Beomgyu yang mulutnya seperti knalpot bocor jadi pendiam seperti itu.

"Besok libur sekolah, guru ada rapat penting," ujar Yeonjun memberi info setelah membaca pesan dari grup kelasnya.

"Rapat apa?" Tanya Kai heran, karena sekolahnya itu jarang sekali meliburkan murid-muridnya, biasanya hanya pulang cepat.

"Entah, dari info yang gue dapet, guru-guru mau bahas masalah bunuh diri waktu itu. Nama baik sekolah terancam, mereka pasti mikirin segala cara untuk memperbaiki nama sekolah."

"Oh ya?" Beomgyu meletakkan sendoknya di piring, melirik sinis kakak kelasnya itu. "Buat apa memperbaiki nama baik sekolah kalau orang yang bunuh dia belum ketemu, aneh."

"Lo beneran yakin dia dibunuh?"

"Iya lah, gue juga tau kali siapa aja yang bakal jadi tersangka kalau guru-guru tau."

Entah perasaannya atau bukan, Beomgyu merasa ada yang salah tingkah ketika ia berkata begitu. Hmm, kira-kira siapa, ya?

"Gak usah mancing keributan, Gyu," tegur Taehyun, mulai tidak nafsu makan. "Jangan ikut campur masalah orang lain, cukup diam aja karena lo gak tau apa-apa."

"Loh, kenapa? Kan yang mulai bahas ini bukan gue, tapi Kai."

"Tapi gak usah dibahas terus! Kepala gue pusing, selalu itu yang dibahas. Gak ada yang lain?!"

Gebrakan meja terdengar, peralatan makan di atasnya sampai bergetar, bahkan ada yang hampir jatuh jika tidak ditahan.

"Taehyun, tolong jaga sikap, di depan lo ada makanan," tegur Yeonjun berusaha menenangkan suasana.

"Oh, jangan-jangan lo tau sesuatu tentang kematian dia, ya?" Tanya Beomgyu sinis, bersedekap dada merasa apa yang dia ucapkan benar.

"Seharusnya gue yang tanya itu ke lo! Lo pasti tau sesuatu, kan? Kalau lo gak tau, lo gak mungkin menduga kalau dia dibunuh!" Seru Taehyun menuding Beomgyu.

"Loh, gue kan cuma menduga, bisa bener bisa engga."

"Sayangnya dugaan lo itu bener, Gyu!"

Seketika hening. Keterkejutan menyelimuti mereka, jadi secara tidak langsung Taehyun tahu dong?

"Jadi lo memang tau, ya?" Kai mulai kesal. "Kenapa lo gak bilang dari awal? Harusnya lo bilang ke sekolah supaya pelakunya cepet ketemu, jangan tutup mulut."

"Gak disangka, orang kayak lo bisa menyembunyikan hal besar," ujar Soobin setelah diam cukup lama.

Taehyun diam. Tidak seharusnya dia berbicara begitu, ini gawat.

Sangat gawat.

"Makasih kejujurannya, Tae." Beomgyu bertepuk tangan dengan ekspresi bangga. "Lo mempermudah tugas gue, sekali lagi makasih banyak."

"T-tugas?"

"Iya. Tapi, gue kecewa banget. Kenapa yang lain gak jujur juga? Masa tunggu orang lain yang bongkar semuanya, sih," sungut Beomgyu dengan bibir mengerucut, pura-pura merajuk.

"Maksud lo apa?" Tanya Soobin tak suka.

"Masa gak paham, sih? Dan... gue gak kaget sih lihat sifat lo. Di sekolah, lo terkenal berwibawa, eh taunya begini. Pinter banget aktingnya, Kak Soobin."

"Gue tanya sekali lagi, maksud lo apa?!"

Yeonjun reflek mencengkram lengan Soobin. "Tenang, dengerin dulu apa yang mau dia omongin."

"Gue salut sama lo, Kak Yeonjun," puji Beomgyu bertepuk tangan lagi. "Tapi sayang, lo gak jujur."

"Jujur tentang apa?"

Beomgyu menopang dagunya dengan tangan di atas meja, menyunggingkan senyum miring penuh arti yang hanya dimengerti olehnya sendiri.

"Lo gak mau jujur tentang malam itu, kak? Yang lo bawa karung sebesar manusia dari halaman belakang sekolah itu lho. Ayo dong, gue mau denger nih."

DRAMA | TXT ✓Where stories live. Discover now