Today and You

132 42 18
                                    


Aku masih terdiam disini memandangi langit dari balik jendala, suasana malam begitu damai membuatku tenang alunan suara angin yang mendesis merdu menenangkan.

Aku menunduk tersenyum tipis.

Tok tok tok

Aku menoleh kearah pintu mendapati mama yang tersenyum padaku.

"Maaf ya mama ganggu" Mama mengelus rambutku. "Minta tolong ya beliin cemilan, tuh temen temen abang kamu pada dateng ga enak kalo ga disuguhin"

Hah kenapa harus datang malam malam seperti ini, sudah habis berantakan rumah seperti kena banjir tsunami kalau mereka datang.

Ya tentu selalu merepotkan aku.

Menghembuskan nafas kesal.



---oOo---





Aku sudah selesai membeli cemilan yang disuruh mama, ini tidak lucu cemilan sebanyak ini yakin untuk temen temen abang doang. Ya aku hampir lupa mereka itu kan rakus jadi wajar kalo bisa menampung banyak makanan. Andai bisa menendang mereka diluar angkasa.

Bukan apa apa. Aku hanya kesal jika mereka datang pasti rumah akan berantakan.


"Astaghfirullahalazim anj"


Aku tersandung.

Batu sialan kenapa bisa ditengah jalan?!

Kamu ini kecil kecil menyusahkan ya sakit nih kaki aku!

Seperti orang gila yang mengomeli baru yang jelas jelas adalah benda mati.


Akh, aku memegangi pergelangan kakiku.


Tidak ada orang kan disini, ahh jika benar tidak ada syukurlah setidaknya setelah menanggung rasa sakit ini aku tidak menanggung rasa malu. Sakit banget anjir.


"Perlu bantuan? "

Sedang asik mengeluhkan keadaanku ini, tiba tiba ada sosok yang berbaik hati mengulurkan tangannya padaku. Ya ternyata ada orang bearti aku menanggung malu sekarang.

"Ga bisa sendiri" Aku berusaha berdiri susah payah mencoba menutupi rasa sakit, tentu saja harus bisa bangun kan tadi sudah bilang bisa sendiri. Sialan.

"Shh aw"

Laki laki itu hanya memandangi ku yang sedaritadi berusaha bangun, lalu berjongkok menyetarakan pandangannya padaku.

"Hhh ayo jangan dipaksakan, mau pulangkan? Mari aku gendong"

Tentu saja aku terkejut sekaligus merasa tidak enak padanya. Kenal juga tidakkan tentu saja aku sungkan.
Sejujurnya rasa sakitnya sudah mulai memudar namun aku yakin jika dibawa jalan pasti sakit.

Lagian lumayankan dapat tumpangan pulang. Tidak usah capek capek jalan kaki.

Aku tertawa dalam hati.




Diperjalanan kami menuju rumahku hanya ada kesunyian, tidak ada yang berani membuka membicaraan. Sampai akhirnya.

RENJANA |Na JaeminWhere stories live. Discover now