Lingkaran

67 5 3
                                    

Rasi tau ada rasa kehilangan cukup besar saat keberadaan Ara tak lagi disisinya. Melewati sepenggal waktu dengan Ara seakan membuat dunia berantakan Rasi terjeda untuk beberapa saat.

Rasi juga tidak mengerti bagaimana keberadaan Ara bisa mempunyai daya magis semacam itu. Bahkan kalau di tanya bagaimana bisa dulu Ara masuk dalam kehidupannyapun Rasi tak terlalu yakin asal muasalnya.

Yang terjadi, Ara selalu menjadi tempat Rasi untuk menghindar dari kenyataan. Ara menjadi pengisi dari bagian kosong hidupnya. Ara adalah satu-satunya orang yang tanpa sadar ditempatkan Rasi dalam satu sudut hidupnya yang berantakan, membuat Ara dengan mudah melihat bagaimana kacaunya seorang Rasi tanpa perlu ia menjelaskan.

Ara yang tak pernah bertanya ketika Rasi datang begitu saja di tengah hari melelahkannya, sedikitpun tak pernah menuntut penjelasan atas bagaimana Rasi selalu menariknya dalam permasalah hidupnya. Ara yang dengan senang hati menjadi tempat rasa tak tersampaikan Rasi diletupkan dari segala macam amarah, kesedihan bahkan sedikit kebahagiaan milik Rasi mampu ditampung oleh Ara.

Rasi memang tidak pernah datang dengan sebuah rengekak menyapa Ara, tapi sayangnya Ara selalu bisa membuat Rasi terlihat payah di matanya sendiri. Mana ada Rasi yang dingin dan tak tergoyahkan kalau di depan Ara, yang ada hanyalah Rasi yang selalu kehilangan, Rasi yang tak punya apa-apa dan lemah sampai tak pernah mampu mencari jalan keluar untuk masalah hidup yang selama ini ia simpan.

Rasi tidak tau malu, ia sadar itu. Ia bahkan seperti seekor kucing liar yang datang ke rumah seseorang yang pernah sekali memberinya sepotong ikan. Diberi sekali dan ia akan datang lagi di hari berikutnya, lalu pergi begitu saja setelah ikan itu ada dalam apitan mulutnya. Padahal ia tau yang memberinya makan bukanlah orang kaya, bahkan hunian tempat tinggalnya nyaris roboh, pemiliknyapun juga tak punya banyak makanan untuk dibagi-bagikan, untuk dipilih saja tidak ada.

Tapi ia selalu memberi potongan terakhir ikan yang di milik pada Rasi. Seolah membiarkan Rasi hidup dengan apa yang ia punya itu sama dengan memberinya hidup juga.

Padahal Rasi sendiri tau ia tak pernah punya kuasa untuk membalasnya, untuk memberikan hal yang sama besar dan berharganya. Yang bisa ia lakukan hanya meminta, mungkin sampai nanti, sampai yang memberi bosan, lelah, atau bahkan sudah tidak ada lagi yang bisa ia beri.

Dan jika itu terjadi Rasi sendiri tidak tau apa yang akan terjadi padanya. Karena itu bukan hanya soal kehilangan, itu sama saja dengan kehidupnya terhenti.

"Woy, akhirnya dateng juga. Lama amat, kemana aja?" Sapa seorang teman Rasi ketika ia datang dan ikut bergabung dengan teman-temannya yang sudah lebih dulu singgah di sebuah kafe tempat mereka menaruh janji.

"Pakek nanya, kemana lagi Rasi ilang kalau bukan ke tempat Aurora" Sahut teman Rasi yang lain.

Rasi tak berniat sedikitpun menanggapi, toh yang di bicarakan teman-temannya sudah menjadi jawaban dan mereka sudah kelewat familiar untuk itu. Jadi ia lebih memilih mengeluarkan kotak batang nikotin dari saku jaket lalu menarik salah satu pematik yang tergeletak begitu saja di atas meja.

"Nggak capek Ras?"

"Apa?" Tanya Rasi balik yang kini kebingungan dengan arah pembicaraan teman-temannya, ia kira mereka sudah teralihkan dengan topik lain dan ia melewatkannya.

"Mainin Aurora. Lo dateng pas lagi butuh, abis itu lo tinggalin gitu aja. Dari jaman masih kuliah sampai sekarang. Nggak capek?"

Rasi sadar kemana arah pembicaraan yang coba digiring teman yang kini duduk di sebelahnya itu coba membawanya. Belum lagi tatapan menuntut dan penuh rasa penasaran yang di layangkan yang lain.

Persis seperti bagaimana Rasi merepresentasikan dirinya sebagai kucing liar yang selalu meminta-minta pada Ara, seperi itu juga bagaimana orang-orang memandangnya. Ia yang datang di saat membutuhkan gadis itu, lalu pergi saat kebutuhannya sudah terpenuhi.

Mereka tidak sedikitpun salah. Dan Rasi juga tidak punya hak untuk marah ketika penilaian itu lebih merujuk kepada hal yang buruk. Semua itu kenyataan. Jelas terjadi di depan mata semua orang yang mengenal Rasi maupun Ara.

Jadi, ketika ditanya apakah Rasi merasakan lelah melakukan itu semua, maka jawabannya adalah

"Enggak. Kenapa gue harus capek?" Balas Rasi ketus, dengan ekspresi wajahnya yang dingin seiring dengan kepulan asap yang diudarakan dari nikoton yang tadi terampit di kedua bibir tebalnya.

Kenyataannya tak ada alasan untuk Rasi merasakan lelah atas bagaimana keadaannya dan Ara selama ini terjalin. Berbeda cerita kalau pertanyaan itu diajukan untuk Ara. Gadis itu punya banyak jawaban untuk dipilih, punya banyak alasan untuk disampaikan, dan salah satunya adalah pengakuan bahwa ia juga merasakan lelah, lelah dengan keadaan dan juga lelah dengan Rasi.

Rasi tau, Ara pasti pernah sesekali sampai di titik lelahnya. Lelah terus menghidupi keegoisan Rasi atas keberadaannya di saat ia sendiri punya masalah pribadi yang harus diselesaikan. Tapi Rasi tak pernah sekalipun memegang kuasa ataupun memiliki daya untuk melakukan satu hal lebih, setidaknya untuk mengusir rasa lelah yang dialami Ara. Sampai pada akhirnya Ara sendiri yang harus berusaha mengusir rasa lelah itu. Dan ternyata Ara mampu.

Hingga akhirnya mereka kembali lagi di titik yang sama. Rasi datang ketika ia membutuhkan Ara untuk hidup. Dan Ara ada untuk memberikan apa yang Rasi butuhkan. Terus seperti itu. Berputar seperti sebuah lingkaran, menjadi siklus tak berujung untuk Ara maupun Rasi tidak bisa sama-sama keluar dari dalamnya.

Meski sebenarnya selalu ada pilihan untuk berhenti bagi mereka. Karena ketika satu terhenti, maka itu sama dengan menghentikan keduanya.

 Karena ketika satu terhenti, maka itu sama dengan menghentikan keduanya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
OrbitWhere stories live. Discover now