Asing

17 6 6
                                    

Prang!!!

Ara menutup mata dan telinganya ketika suara botol minum yang jatuh bergema keseluruh ruangan. Di menit berikutnya dengan ragu ia membuka mata dan menemukan hal yang ditakutinya, Rasi terbangung dari tidurnya, menatap Ara dengan mata yang masih enggan terbuka.

"Sorry!"

"Jam berapa, Ra?" Tanya Rasi dengan suara serak.

"Jam setengah sepuluh" Balas Ara sambil membereskan kekacauan kecilnya, padahal niat Ara hanya mau mengambil segelas air putih untuk diletakan di meja nakas dekat dengan tempat Rasi tidur, tapi berkat kecerobohannya yang ada kini Rasi justru terbangun dari tidurnya.

"Mau kemana?" Tanya Rasi lagi menyadari Ara sudah kembali berdiri di depan cermin sambil merapikan baju dan tatanan rambutnya.

"Nemenin Zalea beli kado buat mamanya kak Je"

"Balik jam berapa?"

"Belum tau, Desna juga minta ditemenin ngambil motor dia yang rusak. Semalem aku dah ceritakannya?"

Kenyataannya kemarin malam dihabiskan dengan kebiasaan yang tak asing bagi Ara dan Rasi untuk saling bertukar cerita satu sama lain yang terlewatkan sejak pertemuan terakhir mereka. Begitu banyak cerita yang mereka bagikan, mulai dari keseharian masing-masing, masalah pekerjaan sampai teman-teman mereka. Tentu saja semua cerita itu tak lepas dari bagaimana akhirnya Rasi berbagi soal penyebab kehadirannya malam tadi di hadapan Ara lagi dan lagi.

Selagi Rasi bercerita, Ara sendiri tak menunjukan banyak perubahan ekspresi wajah, gadis itu seakan tau bahwa seorang Rasi tidak suka ketika ia di pandang dengan simpati, apalagi harus dikomentari soal tindakanya. Jadi, yang Ara lakukan hanya menjadi wadah bagaimana tumpahnya seluruh perasaan Rasi yang meskipun coba diuraikan lewat kekesalan yang dominan, Ara tetap bisa menyadari adanya kesedihan dan penyesalan di beberapa bagian seperti biasa.

Maka, setelah akhirnya Rasi menghabiskan seluruh luapan emosinya, yang Ara tau dan bisa lakukan adalah memintanya untuk segera terlelap, melepaskan lelah yang menggantung di hati, pikiran juga raganya. Dan tidak ada lagi alasan bagi Rasi untuk menolak permintaan Ara, apalagi ketika cuma Ara yang tau cara untuk membuat Rasi menyerah dan melepaskan seluruh beban dalam dirinya, melampiaskan semuanya pada gadis itu.

"Gue udah beliin Soto, tinggal di angetin aja kalau lo udah mau makan. Ada ciki sama choco bar kesukaan lo juga" Ucap Ara sambil lalu-lalang dihadapan Rasi mengambil segala keperluan yang perlu di bawanya.

"Ada sereal kalau lo males makan nasi. Terus kalau mau mandi handuk bersihnya di lemari paling bawah. Ada baju lo juga disana"

"Ra" Panggil Rasi sambil memiringkan tubuhnya agar bisa dengan jelas memperhatikan Ara yang sudah berada di mulut pintu sambil memakai sepatunya terburu-buru dan langsung menghentikan celotehan yang sejak tadi keluar dari mulut gadis itu.

"Apa?"

"Just wanna say, 'I Love you and thank you'. But, I know you hate this idea. So, becarful and please come back early"

Ara tersenyum, tidak berniat tersinggung ataupun menanggapi pesan Rasi karena setelahnya ia benar-benar berlalu pergi, menutup pintu dan meninggalkan Rasi yang hanya bisa membuang nafasnya berat meski ia tau Ara tidak sedikitpun memberi penolakan atas semua makna yang Rasi sampaikan dalam kalimatnya. Tapi Ara jelas selalu berhasil membuat kalimat barusan terasa asing untuk keluar dari mulutnya, untuk menjadikan kalimat sederhana itu sebagai topik di antara mereka, seolah kalimat itu terasa jauh dari jangkauan keduanya.

Di lain sisi Ara hanya bisa menyandarkan tubuhnya setelah pintu tertutup dan membiarkan perkataan Rasi terngiang di kepalanya. Ara sadar ia punya banyak pilihan untuk menanggapi perkataan Rasi, tapi tak ada satupun yang coba ia sampaikan karena Ara tau semua yang keluar dari mulutnya bisa membuat kedaaannya dan Rasi berubah, bisa membuat mereka menetap dan berpijak di tanah ataupun lepas dan terbang landas ke angkasa.

OrbitWhere stories live. Discover now