Latibule

20 5 5
                                    

Latibule,
a hiding place; a place of safety and comfort.

Langit masih dengan seksama membaca satu baris kalimat di selembar kertas memo yang disodorkan Dion. Selama beberapa menit yang Langit lakukan hanya mengulang-ulang membaca satu kalimat yang sama dengan keraguan yang amat besar, hingga akhirnya ia memilih mendongak dan menyuarakan isi kepalanya.

"Lo yakin, mau pakek nama ini, Yon?" Tanya Langit kepada Dion yang dengan santainya langsung mengangguk sebagai bentuk jawaban.

"Kenapa emang, Bang?" Tanya Dion balik sadar betul sejak tadi ada yang terus-terusan mengganggu pikiran sahabatnya itu.

"Lo nggak ngerasa nama ini terlalu berat buat kita representasiin? Menjadi tempat buat sembunyi yang nyaman dan aman tuh bukan hal sepele loh, Yon" Ucap Langit sepenuhnya menyuarakan beban yang ia rasakan semenjak Dion datang dan menyampaikan idenya.

Dan seperti yang sudah Langit tebak, tanggapan yang akan Dion berikan tentu saja sebuah cengiran lebar yang membuat dua mata sipitnya seperti bermain petak umpet.

"Yaelah, Bang. Inikan cuma nama" Celetukan itu keluar dengan mulusnya bukan dari mulut Dion, melainkan mulut Juna yang hanya butuh tiga kedipan mata untuk membaca dan memahami makna selembar kertas yang juga sama-sama disodorkan padanya tadi dan dengan mudahnya langsung menyetujui.

"Yupp, itu cuma sekedar nama, Bang. Gue tau nama tuh sebagai bentuk pengharapan dan doa, itupun yang gue harapkan kalau nanti kita beneran bisa ngeberdiriin kafe ini. Gue mau kafe ini jadi tempat yang nyaman dan aman buat orang lain sembunyi. Tapi kalau sepanjang perjalanannya nanti kita ada kendala menjaga kafe ini untuk selalu aman dan nyaman ya udah, nggak apa-apa" Sambung Dion cepat seolah sadar bahwa yang di butuhkan Langit bukan jawaban ringan dan asal-asalan yang keluar kelewat santai dari mulut Juna.

OrbitМесто, где живут истории. Откройте их для себя