Pulang

21 5 9
                                    

Banyak orang mendefinisikan rumah dengan beragam cara. Kebanyakan mungkin akan menggambakannya sebagai bangunan kokoh tempat para pemiliknya untuk bernaung, mengambil rehat dan meleburkan lelah, atau sebagai tempat bersembunyi dari kejamnya dunia untuk sesaat.

Bagi Ara definisi rumah juga seperti itu. Dengan tambahan pengertian lain bahwa rumah menjadi tempat awal seseorang untuk membentuk diri, sebagai sumber sebuah nyawa dan jati diri dalam caranya bertahan hidup untuk menghadapi dunia di luar garis pagar rumahya.

Begitupun dengan rumah Ara, rumah menjadi tempatnya diberi nyawa dan jati diri. Tempat yang membuatnya menjadi Ara yang sekarang, Ara yang sering mendapat komentar pedas karena kesan pertama orang-orang yang menjumpainya dengan cetak muka angkuh, Ara yang kelewat dingin untuk menanggapi beberapa candaan orang-orang yang tak bisa membuatnya nyaman, Ara yang selalu meninggalkan kesan keras kepala di benak orang-orang yang mengenalnya. Begitulah rumah sudah menyusun nyawa dan jati diri Ara.

Jangan berpikir rumah Ara menyusun nyawa dan jati dirinya dengan cara yang buruk karena mampu melahirkan seorang Ara yang sebagian perangainya cukup membuat orang-orang memberi jarak. Karena sesungguhnya rumah Ara hanya berusaha membuat nyawa dan jati diri gadis itu tumbuh sebagai seseorang yang tidak kelewat bergantung pada orang lain, gadis mandiri yang tidak akan membiarkan sembarangan orang masuk dalam garis kehidupannya hanya untuk membuatnya berantakan.

Ara sedari kecil sudah dididik untuk berdiri tegap di atas dua kakinya sendiri, melakukan segala yang dia ingin dan butuhkan seorang diri. Kalaupun selama dunianya bergulir ia menemukan banyak hal yang tidak bisa ia lakukan sendiri, maka Ara tetap tidak akan membuat dirinya punya hutang budi pada orang lain.

Dibanding meminta bantuan pada orang-orang dikenal yang selalu berpura-pura ikhlas melakukan permintaannya, Ara lebih suka meminta bantuan pada orang asing yang tidak akan menolak atau jual mahal ketika Ara menyodorkan beberapa lembar uang sebagai ucapan terima kasih. Win-win solution, pikir Ara. Apalagi ketika orang-orang asing itu adalah mereka yang membutuhkan uang lebih, Ara lebih suka berbagi sedikit uangnya dari pada harus menanggung rasa hutang budi dalam kurun waktu tak terdefinisikan.

Selain itu sikap angkuh dan dingin yang selalu coba Ara tinggalkan sebagai kesan tak lebih dari sebuah prisai yang berusaha ia pasang untuk meminimalisir orang-orang mampu menembusnya, untuk menemukan luka, kekurangan dan dirinya yang sebenarnya. Ara tidak suka ketika dunia memandangnya dengan simpati. Ara tidak suka ketika kurangnya menjadikan orang lain mampu merendahkan apa yang tida ia punya.

Tapi tak sepenuhnya Ara menyukai sifat-sifat yang sudah terbentuk dan melekat dalam dirinya itu. Karena selalu ada masa ia bisa merasakan lelah untuk selalu terlihat tangguh, ada masa dimana Ara ingin menujukan sisi dirinya yang lemah dan ingin bergantung pada orang lain. Ada masa dimana Ara sadar dirinya hanya manusia biasa, ia butuh orang lain untuk hidup, meski untuk saat ini Ara masih membatasinya dalam skala kecil.

Di sisi lain Ara juga tidak pernah berusaha untuk menyalahkan bagaimana rumah telah membentuk dirinya, meski tak jarang Ara sering menaruh iri pada rumah-rumah orang lain. Tidak munafik karena iri memang akan selalu menjadi sifat alamiah manusia entah pada apapun objeknya. Tapi iri tak pernah sekalipun membuat Ara enggan pulang ke rumah, karena rumah tetaplah rumah, tempat untuk pulang dan mengambil rehat untuk meletakan lelah meski itu hanya akan di lakukan Ara sebulan sekali.

Rumah Ara, rumah yang suara Televisi dari ruang tengah lebih keras terdengar di banding suara cengkrama penghuninya, rumah yang terlalu sering terlihat tenang sampai bisa membuat orang berpikir rumah itu tak berpenghuni, rumah yang hanya akan hidup nyala lampunya ketika matahari sepenuhnya tergelincir. Rumah yang hanya diisi dua deru nafas manusia, itupun kalau Ara memutuskan untuk menyisikan waktunya pulang, kalau tidak rumah kokoh itu hanya menjadi hunian satu orang, orang yang kini tengah merengkuh Ara hangat dalam tatapannya.

OrbitWhere stories live. Discover now