03 | SANTET

3.4K 438 52
                                    

Pagi yang cerah ini membuat pepohonan sekitar desa nampak menyejukan, bagi siapapun yang menikmati indahnya pemandangan desa ciputat itu.

Sebenarnya desa ciputat adalah desa yang nyaman, jika saja orang-orangnya tidak membuat suasana nyaman itu berubah mengerikan.

Seperti sekarang ini, Adira yang duduk di teras bersama dengan boneka yang ia pangku, melihat jelas laki-laki muda yang menggendong tuyul di belakang punggungnya.

Laki-laki itu menoleh pada Adira, tetapi Adira buru-buru memalingkan wajahnya.

"Hihi, dia cantik. Aku mau dia..." Kata si Tuyul.

Tentu saja yang tuyul itu tunjuk adalah Lilly boneka hantu milik Adira. Seketika Lilly kesal dan menatap sinis ke arah tuyul tersebut.

"Jangan macem-macem ! tugasku mencarikanmu tumbal, bukan mencarikanmu anak perawan!" Tegas laki-laki itu laun yang ia pikir si tuyul menginginkan Adira, lalu ia segera pergi.

Adira menggeleng cukup terkejut, kemarin pertama kalinya datang ke desa ini ia melihat pria yang juga menggendong tuyul, dan sekarang ia melihat lagi pria yang berbeda sedang menggendong tuyul.

"Kenapa desa ini gak di namain desa tuyul lovers aja coba?" Gumam Adira

Tak lama nenek tua menghampiri Adira dan duduk di samping Adira, membuat Adira terkejut karna kehadirannya yang tiba-tiba berada di sampingnya

"Astaga nek, saya pikir siapa"

"Kamu ngelamun terus, jadi gak tau kalau saya menghampiri kamu. ini teh hangat untuk kamu" Ucapnya menyimpan teh hangat itu di atas meja.

"Iya nek terimakasih" Namun saat Adira melihat ke arah teh itu, rupanya teh itu bukanlah teh sebenarnya melainkan darah. Apa yang baru saja ia lihat itu sukses membuatnya seketika terdiam beku.

"Kenapa nak?" Tanyanya curiga.

"Gapapa nek, nanti Dira minum kok. Oiya nek ini buat tambah-tambah uang makan nenek, Adira sama Satya kan disini numpang--" Adira menyodorkan uang lima ratus ribu untuk nenek itu.

"Tidak perlu, simpan saja untuk kamu" Tolaknya halus. Lalu melanjutkan kembali ucapannya dalam hati, "Saya tidak butuh uang,saya membutuhkan nyawamu sebagai bayarannya"

Sontak saja Adira yang mendengar ucapan nenek itu dalam hati, kini menelan salivanya susah payah. Akan tetapi ia berusaha sebiasa mungkin agar bersikap tenang.

"Hm apa kami gak ngerepotin nenek?"

"Sudah tidak perlu di pikirkan, saya permisi ke dalam, jangan lupa di minum tehnya." Ucapnya lalu berlalu pergi masuk ke dalam.

Satya baru saja selesai berganti pakaian dengan rapi, kemudian keluar menghampiri Adira. "Ayok katanya mau keliling-keliling sekitaran desa?" ajak Satya yang kemudian di angguki Adira.

Satya memang pria tampan yang always tampil menarik, meskipun hanya memakai kaos polos dan celana jeans hitam biasa. Jika saja Adira tidak merasa dirinya tak pantas untuk Satya, mungkin Adira akan sangat beruntung jika Satya menjadi kekasihnya.

Selain tampan, Satya memiliki jiwa pelindung yang kuat. Buktinya pria itu selalu melindungi Adira dalam segala hal, dari pembully'an yang dulu Adira rasakan saat duduk di bangku SMA dan dari makhluk-makhluk gaib yang selalu mencoba membuat Adira celaka.

"Ayo kok malah bengong? Oh gue tau nih, lo terpesona ya liat ketampanan gue yang luar biasa ini?" tanya'nya sembari menyisir rambut dengan jari-jarinya seolah memperlihatkan, betapa keren dirinya.

"KAGA!" Dengan cepat Adira berjalan terlebih dahulu. Satya sih malah tersenyum gembira, karena ia menyadari sedari tadi Adira memperhatikan penampilannya yang menawan.

SIHIR ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang