53 | Kecewa

2K 305 37
                                    

Sesampainya di pertunangan Satya, rasa-rasanya semua orang memperhatikan Adira. Aneh sekali----memangnya apa yang salah dengan penampilan Adira? Padahal menurut Gerry, hari ini ia sangat cantik. Lalu apa yang salah?

"Ish ingin ku colok rasanya mata mereka satu persatu" kata Lilly sebal

Gerry sih hanya senyum-senyum saja menoleh ke arah Adira, tanpa menggandeng tangan Adira karna ia takut gadis itu marah.

"Nah akhirnya dateng tunangan gue yang sebenernya---" Satya menarik tangan Adira lalu seolah mempertontonkan pada semua orang termasuk Lisa dan Gunawan, "Mah Pah, ini yang bakalan tunangan sama Satya. Bukan Syifa" kata Satya meyakinkan

"Adira maksud kamu? Tapi kan----"

"Iya mah, Satya tau kalau Adira beda keyakinan sama kita. Tapi nantinya Satya bakalan yakinin Adira buat masuk islam kok mah"

Adira masih tak mengerti dengan apa yang Satya maksud?-----Mengapa tiba-tiba ia menarik Adira di hadapan semua orang, lalu dimana Syifa?

Rupanya Satya menolak Syifa di hadapan banyak orang. Lalu Satya mengatakan pada kedua orangtuanya bahwa Satya sudah memiliki pilihan hati sendiri.

Sontak saja seluruh keluarga Syifa malu bukan kepalang, dan Syifa-pun menangis terisak-isak merasa kecewa.

Mengapa ada manusia setega Satya? Hanya karna urusan perasaan, Satya tega menyakiti banyak orang.

Seharusnya dari awal ia tidak perlu mempercepat pertunangan, itu membuat Syifa berharap dan menganggap bahwa Satya sudah bisa menerimanya. Namun kenyataannya ia harus merasakan sakit akibat Satya menolaknya mentah-mentah di hadapan banyak orang.

Satya meraih tangan Adira, ia hendak memasangkan cincin di jari manis Adira.

Gerry yang melihat itu seperti tersambar petir----terkejut sekaligus merasakan sakit.

"Dir, lu mau kan jadi bagian dari hidup gua? Jadi pemilik dari hati gua?"

PLAK!

Adira menampar Satya di hadapan banyak orang. Semua orang nampak terkejut begitupun dengan Gerry, terutama Lisa dan Gunawan.

"Lo pikir gue bakalan nerima ini? Lo pikir gue bakalan mau tunangan sama lo dengan cara seperti ini?"

Airmata gadis itu menetes semakin deras, ia merasakan kecewa yang luar biasa.

"Kenapa lu nampar gua? Inikan yang kita impikan selama ini?"

"Lu sadar gak kalau lu udah nyakitin perasaan gua Hah?"

"Gua yakinin perasaan lu? Justru dengan ini kita bakalan bahagia Adira!"

"Bahagia? Bahagia di atas penderitaan Syifa? Lo sadar gak kalau lo udah nyakitin perasaan dia? Lo gak punya hati Satya! GUE KECEWA"

Adira berlari pergi dari hadapan Satya dan semua orang.

Tentu saja Gerry mengejarnya, dan Satya juga ikut mengejar Adira.

"Dir gua mohon maafin gua jangan kaya gini" Satya menahan pergelangan tangan Adira

"LEPASIN!"

"Gua gak akan lepasin sebelum lu maafin gua dan balik sama gua"

Seketika Gerry datang dan menjauhkan tangan Satya dari lengan Adira, "Dia balik sama gua bang!"

BLUGH!

"LU APA-APAAN ANJING! LU PIKIR DIA MAU BALIK BARENG SAMA LU? LU MAU NYOBA REBUT DIA DARI GUA HAH?"

Adira menghentikan Satya sebelum Satya memukul kembali Gerry.

"Gue balik sama Gerry, dan mulai detik ini jangan pernah nunjukin muka lo di hadapan gue. PAHAM?" Adira menarik Gerry menuju mobil

"ADIRA BERENTI ADIRA! LU BALIK SAMA GUA" Teriak Satya yang tidak sama sekali ingin Adira dengar

Gerry dan Adira segera memasuki mobil lalu berlalu pergi.

"Aku gak ngerti kenapa percintaan orang dewasa begitu rumit? Lebih baik kamu menjadi hantu saja sepertiku Adira"

"DIEM!" ucap Adira kesal

Lilly segera menutup mulutnya rapat-rapat dan terdiam.

"Gua dari tadi diem kok" sahut Gerry

"Gue gak nanya sama lo! Gue itu ngobrol sama Lilly!"

"Ohehe kirain ke gua"

"Ga"

"Mantap juga pukulan Bang-sat sampe masih nyut-nyutan gini"

Adira tak menyahuti ucapan Gerry, ia masih terdiam dan masih merasa kecewa akibat kejadian tadi.

Padahal Gerry mengkode saja agar Adira memperhatikannya. Tapi rupanya harapan tak pernah sesuai dengan kenyataan.

**

Sesampainya di rumah Adira, keduanya keluar dari mobil dan Gerry mengikuti dari belakang.

Adira membuka pintunya lalu kemudian masuk ke dalam, Gerry hanya mengikuti saja.

"Ngapain lo ikut masuk?" Ketusnya

"Mau mampir aja hehe, gak boleh emang?"

"Mending lo balik deh! Gue pengen sendiri"

"Gua cuman mau hibur lu aja kak. Biar gak terlalu kepikiran, sini duduk" Gerry menarik tangan Adira agar duduk di soffa dan berada di sampingnya

"APAAN LAGI SIH GERRY? LO CUMAN GUE SURUH ANTERIN GUE DAN GUE GAK NYURUH LO MAMPIR DULU! SEKARANG LO KELUAR"

"Kak lu gak liat lebam di pipi gua? Gak ada niatan gitu buat ngusapin?"

Adira semakin geram karna Gerry terus saja menggodanya di saat sedang situasi serumit itu.

"LU DENGER BAIK-BAIK YA GER. JANGAN MENTANG-MENTANG GUA NOLAK SATYA MENTAH-MENTAH DI DEPAN LU, DAN GUA BISA LULUH SAMA LU? JANGAN MIMPI. LU SAMA GUA BEDA USIA, BEDA KEYAKINAN. SAMPE KAPANPUN GUA GAK AKAN MAU SAMA LU APALAGI SIKAP LABIL LU YANG BIKIN GUA MUAK SETIAP HARI"

Gerry tak menyangka jika Adira akan mengatakan hal itu di hadapannya, "Ya gua tau, gua labil. Gak perlu lu perjelas juga gua sadar diri, niat gua mampir cuman gak mau sampe lu nangis histeris di kamar dan ngurung diri, gua cuman gak mau lu nangisin orang yang gak seharusnya lu tangisin. Tapi sikap gua ini di anggap labil dan lu muak, jadi oke gua bakalan balik!"

Seketika Adira terdiam. Ia merasa bersalah mengatakan hal itu pada Gerry, seharusnya ia bisa mengontrol diri agar tak menyakiti hati orang yang tidak sama sekali bersalah.

Gerry melangkah pergi dari hadapan Adira, gadis itu tak tinggal diam. Ia mengejar Gerry sebelum Gerry masuk ke dalam mobil.

"Ger dengerin gue dulu, sumpah gua gak maksud bilang kaya gitu"

"Lu muak kan sama gua? Gua janji bakalan jauhin lu, biar lu gak muak lagi sama gua!"

"Gerry gak gitu, gue cuman lagi emosi aja, gue mohon jangan kaya gini"

"Gini gimana sih kak? Lu kan yang mulai? Apa yang lu bilang bener kali gua labil"

"ENGGAK! GUE GAK MAKSUD KAYA GITU. GERRY!!!!!!"

Sia-sia saja Adira berteriak sekeras mungkin. Karna Gerry memilih masuk ke dalam mobil dan segera melajukannya.

Adira menangis bukan kepalang. Selain merasakan kecewa, ia juga merasakan sakit saat Gerry mengatakan akan menjauhinya.

"Adira ayo masuk. Jangan menangis di depan rumah. Kita saling berpelukan saja, bukankah kamu bilang, kalau kamu sedang merasa sakit, kamu akan tenang jika memelukku? Ayo aku siap menjadi gulingmu"

Adira segera masuk kembali kerumahnya, mengunci rumah dan berlari ke kamar. Memeluk Lilly lalu menangis dan terus meracau.

Lilly setia mendengarkannya, Lilly setia mengusap kepala gadis yang selama ini menjadi teman'nya. Ia merasa prihatin dengan keadaan Adira saat ini, "Percayalah Adira semuanya akan baik-baik saja. Aku akan slalu bersamamu"

SIHIR ✓Where stories live. Discover now