16 | Bahaya

2.5K 368 46
                                    

Adira saat ini sedang membantu nenek tua itu menjahit, tapi bukan di suruh menjahit kain melainkan menjahit jari jemari nenek itu, Adira seperti terhipnotis, apapun yang nenek itu katakan, Adira mengikutinya.

"Karna kamu akan menjahit tangan saya, maka saya membutuhkan kulit kamu! Ayo ambil kulit tanganmu dengan ini--" Nenek tua itu menyodorkan cutter pada Adira, "tenang saja ukurannya tidak begitu panjang, jadi saya hanya meminta sedikit kulitmu untuk di tempelkan di jari jemari saya HIHIHIHIHI"

Saat Adira mengambil cutter itu untuk menggoreskan ke tangannya sendiri, Lilly segera menghentikannya dan menyadarkan Adira.

Adira tersadar dan melemparkan cutter itu, lalu mundur perlahan.

Lilly berubah menjadi boneka yang mengerikan, jiwanya sedang marah membara, tubuh yang semula hanya boneka kecil sekarang menjadi boneka raksasa yang menyeramkan. Dengan mata yang melotot dan darah yang keluar dari kelopak mata.

"Ahahaha akhirnya kamu memperlihatkan wujudmu,selama ini yang mengagagalkan rencanaku untuk perlahan membunuh gadis itu adalah kamu bukan? Dan sekarang kamu akan aku tangkap anak kecil,agar temanmu itu tidak ada lagi yang melindungi HIHIHIHIHI"

"Tangkap saja jika kamu berani ! Adira cepat pergi dari sini,selamatkan satya--"

"Tap--"

"CEPAT ADIRA, SATYA DALAM BAHAYA"

Dengan segera Adira berlari keluar gubuk itu, sementara Lilly sedang bertarung dengan iblis jahat itu.

Adira berlari sekuat tenaga, mencari keberadaan Satya. Tubuhnya bergetar ketakutan, keringat bercucuran.

Yang Adira pikirkan adalah nasib Lilly, baginya Lilly lebih berharga dari nyawanya. Tapi di sisi lain Adira juga mengkhawatirkan Satya, ia tidak ingin Aatya celaka apalagi pergi untuk selamanya dari hidupnya.

**

Gladis menciumi leher Satya, mula'nya menjilat tapi lama-lama menggigit dan gigitan itu semakin kasar hingga darah segar keluar dari leher Satya. Lalu darah sehar itu ia hisap perlahan, "Darah manusia benar-benar segar"

"Awhhhhh sakitttt! Jangan main kasar murni, ini sakit--" Satya terkejut saat ia menyentuh kulit lehernya yang mengeluarkan darah.

Gladis tertawa licik, "Tenang saja itu baru gigitan,ada yang lebih nikmat lagi" Ucapnya.

Satya menjauhkan Gladis dari pangkuannya, Satya tersadar dari apa yang sekarang ia lakukan.

Tiba-tiba penglihatannya terbuka, wanita yang dia anggap itu Murni berubah menjadi sosok kuntilanak menyeramkan, wajahnya rusak dan banyaknya belatung keluar dari wajahnya yang membusuk.

"Hihihihi mau kemana kamu satya,ayo kemari! Katanya mau bersenang-senang denganku?"

"Kaga jadi, lu senang-senang dah tuh sama sejenis lu! Gua kaga mau. gua ini manusia dan lu kuntilanak, kalau gua sama lu begituan pasti nanti jadinya bayi bajang! Amit-amit!!! Pergi lu kunti---" Satya mundur ketakutan, tubuhnya gemetar takut

Kuntilanak itu terbang lalu mengejar Satya, tetapi Satya sekuat tenaga segera berlari pergi.

"Berlarilah sekuat tenagamu manusia bodoh! Hihihihi"

"Gua gak bodoh! Gua tampan!" Satya berlari sekencang mungkin.

Bruk!

Tak sengaja tubuhnya menabruk seseorang, dengan terpaksa Satya menoleh takut, dan yang di tubrukpun ikut menoleh.

"ADIRAAAAA"

"SATYAAAAA"

Keduanya bertemu, lalu Satya memeluk erat Adira ketakutan
"Maafin gua dir,gua gak nurutin apa kata lu"

"Sat bukan saatnya bucin-bucinan, kuntilanak itu sekarang berada di hadapan kita"

Satya segera melepaskan pelukannya dengan Adira lalu kemudian menyembunyikan Adira di belakangnya.

"Tenang dir! Yaelah kuntilanak begini doangmah gampil--" Ucap Satya meremehkan so berani, padahal celananya sudah basah karna mengompol

"Yakin lo berani?"

"Udah ten----" Kuntilanak itu semakin mendekat dan tertawa kencang "Hehe ampun viss, giniloh gua punya permainan yang menarik! Apa lu mau ikut?"

"Jangan bermain-main denganku!!!" Ucapnya marah.

Satya menelan salivanya susah payah. Sungguh Satya begitu takut bukan main, tetapi bagaimanapun ia harus berani agar Adira bangga padanya.

"Kalau lu berhasil ngejar gua sama adira, gua bakalan serahin nyawa gua buat lu secara sukarela!"

"Hihihihihi kamu pikir saya takut? Berlarilah sekuat tenaga kalian, saya bisa mengejar kalian bahkan dalam jangka satu detik hihihi"

"Ayo dir kita lari" Satya menarik Adira untuk berlari dengan cepat

Keduanya berlari cepat, sampai nafasnya membara ngos-ngosan.

"Dirr ayoo lebih cepat lagi"

Saat Satya menoleh ke belakang, ia tidak menemukan lagi sosok kuntilanak itu, kemudian Satya dan Adira menghentikan aktifitasnya berlari.

"Gua bilang juga apa dir, kita pasti menang. liat aja tuh kunti udah gak ngejar kita" ucap Satya berbangga ria

Namun saat Adira menoleh ke belakang sekali lagi, kuntilanak itu berada tepat di hadapannya dan juga Satya, "SATYAAAA KUNTI ITU ADA DI DEPAN KITAAAA" teriak Adira

Satya ikut menoleh dan terkejut, kuntilanak itu tertawa menyeramkan.

"Mau kemana lagi kalian? Bukankah aku sudah katakan, bahwa kalian tidak akan bisa berlari jauh karna aku bisa menangkap kalian dalam hitungan detik hihihihi"

Seketika Adira dan Satya gemetar ketakutan. Adira memegang tangan Satya gemetar, Satya menggenggam tangan Adira kuat karna ketakutan.

"Lo gimana sih sat? Bikin permainan yang justru ngejebak diri sendiri?"

"Ya abis gimana dir, guakan niatnya ngelindungin elu"

"Kalau udah gini, gimana caranya kita lari lagi?"

"Bentar babang satya pikir-pikir dulu yang" Satya nampak berfikir keras tentang rencana apalagi selanjutnya

Kuntilanak itu menarik Adira kasar dan membantingnya cukup kencang, Adira menjerit kesakitan karna tubuhnya membentur pohon besar .

Satya yang tak rela melihat kuntilanak itu berani membanting tubuh Adira sekeras itu, ia berteriak kencang meminta kuntilanak itu menghentikan perbuatannya.

"BERENTI!!! JANGAN SAKITIN DIA,KALAU LU MAU NYAWA GUA YAUDAH GUA AJA! JANGAN DIA!!"

SIHIR ✓Where stories live. Discover now