7. 🍂 Chit Chat

37.4K 4.9K 237
                                    

Hai hai pembaca budiman yang manis macam ketan durian 🤗Terima kasih sebelumnya sudah mampir membaca 😊☺️🤗
Happy reading.
🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁

"Masa sih San?" Aku bertanya pada Sandra saat berdua saja dengannya di ruangan kami. Johan tak ada di tempat, dia ke lantai atas, melihat proses syuting iklan di stage tim produksi.

"Soal Pak Bram?" tanyanya balik. Aku mengangguk, membolak-balik bolpoin di tangan, penasaran kenapa gadis di hadapanku ini memiliki asumsi seperti itu.

"Sepertinya sih begitu, soalnya selama Sandra kerja di sini, segrapyak nya Pak Bram ke kami, nggak pernah dia curi-curi pandang, apalagi ngantar pulang."

"Curi-curi pandang?"

Sandra mengangguk,

"Waktu meeting tadi pagi, Pak Bram sering curi-curi pandang Mbak Karin, tadi waktu makan siang juga, terus kan Mbak Karin balik dari Banjarmasin nggak terlalu malam, sorry aku sampai cek jadwal pesawatnya lho." Sandra nyengir kuda, lalu memandangku penuh selidik, "Tapi kenapa kok Pak Bram rela ngantar Mbak Karin, kan bisa pulang sendiri."

Iya sih, tapi kan konteksnya waktu itu karena dia merasa bersalah dengan keisengan Bu Titi.

"Soal itu kan sudah pernah kujelaskan deh," elakku dengan mengibaskan tangan,

"Eh, tapi serius Mbak, Pak Bram berkali-kali liat Mbak Karin, " tegas Sandra menyakinkan.

"Itu karena aku ketahuan ngantuk San, makanya disuruh ngasih pendapat soal masalah yang dihadapi tim pemasaran," tukasku saat menyadari kalau tadi pagi mata dan otakku memang susah diajak kompromi. Dan tentu tingkahku yang menguap berkali-kali menarik perhatian pimpinan. Terutama dia, yang hari ini mengevaluasi kinerja kami.

"Aku bukan anak kecil yang nggak bisa bedakan, mana curi-curi pandang karena ada rasa atau memandang karena mengamati Mbak." Sandra cekikikan, "Memangnya kenapa kalau Pak Bram naksir Mbak Karin? kalian cocok kok, sama-sama matang, pintar, dan aku setuju banget kalau Pak Bram melamar Mbak Karin untuk jadi istri."

Aku terdiam, memandang Sandra yang mukanya bersemu merah dengan gaya kekanakannya membayangkan aku dan Pak Bram menikah. Tunggu-tunggu, aku dan pak Bram menikah?

"Terlalu halu deh kamu." Aku geleng-geleng kepala dan melanjutkan pekerjaanku. Sandra masih bersikukuh dengan pendapatnya. Sama dengan Johan tadi siang yang mulai sependapat dengan sandra.

Jujur, aku tak paham kenapa tiba-tiba ada selisik rasa aneh dan debaran halus saat mendengar pendapat kedua staff ku yang imut-imut ini.

Masa sih Pak Bram naksir aku?

🍁🍁

"Yo gak papa to, kalau dia naksir kamu." Linda menguleni adonan kue saat aku mampir ke rumahnya malam itu. Sekitar pukul 8 malam aku sampai di rumahnya, di perumahan Magersari, tak jauh dari rumahku.

"Kami bertemu baru sebulan, mosok dia sudah naksir aku?" Aku mencomot potongan melon dingin yang disuguhkan Linda di atas meja. Mengunyahnya perlahan.

"yo sopo ngerti, love the first sight. Lagian kamu dan dia sama-sama single, siapa tahu memang dia jodohmu."

"Aku sudah mengenal Puguh lama saja gak jodoh, moso dia yang baru kenal bisa jodoh?"

"Lho? Kamu meragukan Kuasa Allah Rin?"

Aku terdiam dengan suaranya yang mulai agak meninggi. Matanya menatapku dengan tatapan tak sependapat.

"Bukan seperti itu maksudku..."

"Rin." Linda sudah selesai menguleni, dia menutup adonan dengan napkin, dan berjalan mendekatiku yang duduk menopang dagu di meja makan.

Jodoh Pasti Bertamu [TERBIT]Where stories live. Discover now