Part 9 - Melukis Warna

180 67 166
                                    

Minggu-minggu ini aku banyak kesibukan. Jadinya update dua hari sekali deh. Kayaknya. Atau mungkin malah tiga hari sekali.

Jangan lupa vote dulu sebelum baca ya. Biar gak kelupaan. Gak maksa kok, yang ikhlas aja.

Play list kamu|| Melukis Senja ~ Budi Doremi

Happy Reading.

🍁🍁🍁
Semesta terkadang punya teka-teki yang tidak tahu ujungnya seperti apa. Saat semuanya dirasa akan membaik, ternyata membuatku terjerat dalam keindahan ilusi fana yang sementara
🍁🍁🍁

Binar menatap pantulan wajahnya di cermin. Gadis itu memakai hoodie rajut lengan panjang berwarna biru dongker yang dipadukan dengan celana jeans. Kini ia telah selesai bersiap untuk bertemu dengan Dana.

Binar mengubah tempat pertemuan mereka. Dia memilih menunggu Dana di gang kecil sekitar kompleks. Sebenarnya Binar masih ragu untuk jalan berdua dengan Dana, namun mau bagaimana lagi? Dia juga ingin pergi menghirup udara segar luar selain sekolah.

Setiap hari dia terkurung dalam rumah yang sering sekali membuat hatinya resah. Pergi sebentar, dua saudaranya sudah menyebar fitnah yang membuat hubungannya dengan Vera semakin memburuk.

Binar turun ke bawah, langkahnya memelan ketika melihat Fay tengah menatap ke arahnya.

"Mau ke mana lo?" tanya Fay, menatap Binar dari atas hingga bawah. Jika berpakaian rapih seperti itu, pasti Binar ingin pergi. Apalagi melihat tas selempang yang dibawa gadis itu.

"Keluar."

"Oh ... sekarang lo berani, ya, keluar rumah seenaknya?! Mau kayak temen lo itu, ya? Nongkrong gak jelas." Fay melipat kedua tangannya di depan dada. "Gue aduin nyokap baru tau rasa lo."

"Aduin aja! Emang itu, kan, yang selalu lo lakuin?!" Binar bicara dengan oktaf suara yang mulai meninggi. Sungguh, ia sudah muak dengan situasi ini. "Lo selalu aja nuduh gue pergi gak jelas ke Mama. Dan sekarang, gue wujudkan alibi lo itu. Gue mau pergi keluar, dan itu bukan urusan lo!"

Fay melayangkan jari telunjuknya di depan Binar. "Lo?!"

"Apa?" Binar memotong ucapan Fay yang masih menggantung. "Lo pikir gue bisa terima gitu aja saat lo nuduh gue yang enggak-enggak?! Enggak, Fay."

"Gue ada perlu di luar, dan terserah lo mau aduin apa ke Mama." Binar menyelipkan beberapa helai rambutnya di sisi telinga. "Lagipula, Mama sendiri yang bilang kalau gue gak boleh kelihatan sama temen sosialita Mama. Jadi kalau gue pergi bukan masalah, kan?"

Binar berlalu setelah membentak Fay dengan suara kerasnya. Fay membuka mulutnya karena tercengang dengan apa yang barusan ia dengar dari mulut Binar.

Seakan sadar dari amarah yang menguasai hati dan pikirannya, Binar menghela napas. Berusaha menenangkan hatinya kembali.

***

Hampir lima menit Binar menunggu, namun Dana tidak menunjukkan batang hidungnya. Tadi saat ia telepon bilangnya otw. Apa semua orang begitu? Bilang masih di jalan, padahal sedang nyantai-nyantai?

"Jadi enggak, sih? Keburu jamuran guenya."

Sebuah mobil jeep putih dengan atap yang terbuka berhenti di depannya. Yang membuat Binar terkejut si pemilik mobil tersebut, Dana.

Antara Cinta dan Lara Where stories live. Discover now