Part 17 - Bimbang Kemudian Menghilang

154 58 142
                                    

Selamat datang di part ini

Silahkan pencet ☆ sebelum baca ya. Mumpung masih gratis.

Warning!!
Part ini mengandung keuwuan. Bagi yang mengidap uwuphobia silakan pergi. 🤭

Play list kamu|| Bimbang - Melly Goeslaw

Happy Reading Readers

🍁🍁🍁
Jika sedang dilema kebimbangan, maka kata hati adalah hal yang tepat untuk memutuskan pilihan.

🍁🍁


Setelah makan siang bersama, Dana mengajak Binar untuk pergi ke mal. Mereka tidak pergi berdua, tetapi bersama Tiara juga. Lebih tepatnya, keduanya menemani Tiara berbelanja.

Ramai. Suasana yang saat ini Binar rasakan. Kedatangan Dana dalam hidup Binar adalah pemberian yang tidak pernah dialami Binar sebelumnya, meskipun ia juga tahu bahwa dengan begitu, maka akan ada perpisahan yang menjadi akhir dari semuanya.

Bagi Binar, pertanyaan kapan adalah bagian dari cara kerja semesta yang tidak akan pernah ia pahami. Jadi, seiring waktu berjalan, pasti hal itu akan terjadi juga, dengan sendirinya.

"Dan, emang nyokap lo mau belanja buat siapa, sih? Banyak banget perasaan."

Kalau boleh jujur, kaki Binar sedikit pegal, karena terus mengikuti langkah Tiara di toko pakaian. Apalagi saat belanjaannya mulai banyak, dan Tiara menemukan pakaian yang lebih menarik lagi. Jika ada yang suka dibeli, tidak peduli berapa pun harganya. Pikir Binar, apakah semua orang kaya kalau belanja begitu?

"Nyokap gue emang begitu," balas Dana, disertai senyumannya. "Tapi itu bukan belanjaan Mama pribadi, soalnya minggu lalu Mama udah shopping. Pakaian itu mau disumbangkan buat panti asuhan Kasih Ibu. Dan beberapa lagi untuk anak jalanan yang membutuhkan."

Hati Binar terenyuh mendengar itu. Ternyata di bumi yang tidak ramah ini, masih banyak orang yang berbuat kebaikan terhadap sesama. Ah, berbicara tentang panti, Binar jadi merindukan Bu Sarah dan anak panti yang lain.

"Lo mau ikut nganterin pakaian itu ke anak panti besok, gak?" tawar Dana.

Binar menggeleng. "Lo aja, deh. Tugas rumah gue masih banyak."

Sebenarnya Binar mau, tetapi situasinya tidak memungkinkan. Apalagi jaraknya dengan kian hari kian terkikis. Binar tidak mau terlalu jauh melangkah. Tentu, Binar menyayangi Dana. Itu kebenaran yang tidak pernah bisa dia suarakan.

"Binar, kalau ada yang suka, ambil aja, ya. Biar sekalian Tante bayarin," ucap Tiara, tiba-tiba.

Binar menggeleng pelan. "Enggak usah, Tante. Ngerepotin."

"Ya enggak, dong. Itung-itung, itu sebagai tanda terima kasih, karena kamu sudah mau temani Tante belanja."

Binar tersenyum. Dia ikut pergi kemari bukan karena menemani Tiara, tetapi Binar butuh tempat untuk merehatkan pikirannya sejenak. Sudah lama dia tidak berkunjung ke tempat yang ramai, terakhir kali, tujuh tahun yang lalu.

"Nah, ini cocok buat lo." Dana mengambil drees selutut berwarna biru. Sangat cocok jika dipadukan dengan kulit Binar yang putih.

"Gue gak suka model baju kayak gini." Bohong, sebetulnya Binar sangat menyukai baju yang diperlihatkan Dana itu. Yang menjadi permasalahan Binar adalah, mau ke mana dia sehingga memakai dress indah seperti itu? Keluar rumah pun jarang.

Antara Cinta dan Lara Where stories live. Discover now