33. Bunga Yang Berduri

2.4K 250 21
                                    

H A P P Y R E A D I N G

🤸

Arkan berlari kencang menuju lantai atas di apartemen tempat Bunga tinggal. Rencananya hari ini untuk menjemput Salma pulang setelah menjalani masa training centernya jadi batal begitu saja ketika Bunga menelepon Arkan sambil menangis. Karena khawatir, Arkan langsung mengabari Salma untuk pulang sendiri, ia segera berbalik arah, menuju apartemen Bunga dan di sinilah ia berakhir.

"Bunga?" Arkan mengetuk pintu besi itu beberapa kali.

Tidak ada jawaban sekali, ia mencoba menghubungi Bunga lewat ponselnya namun sama, tidak ada jawaban. Baru saja Arkan ingin berbalik untuk meminta kunci cadangan pada pihak apartemen, pintu besi tersebut terbuka. Menampilkan sosok Bunga yang sangat berantakan. Rambutnya yang terjatuh kusut, lingkar hitam terlihat sangat jelas di bawah matanya. Arkan memandangi Bunga penuh tanya.

"Lo kenapa?"

"Jangan tinggalin gue," lirih Bunga, menubruk tubuh Arkan dengan tubuhnya. Masuk ke dalam dekapan hangat pemuda Reynand itu.

Arkan mengerutkan kening keras. Masih membukam dan tidak memberi reaksi sama sekali. "Bunga, ada apa?" Arkan berusaha melepaskan pelukan Bunga, menarik gadis itu untuk masuk ke dalam ruang apartemennya dan menutup pintu dengan rapat.

Dengan sigap Arkan mendudukkan Bunga pada sofa depan televisi. Arkan berjalan menuju dapur dan mengambil satu gelas air untuk Bunga. Setelah menunggu Bunga sedikit tenang, Arkan ikut duduk di samping gadis itu, memiringkan tubuhnya lalu menatap Bunga lurus, menunggunya bercerita.

"Ayah sama Bunda mau pisah...," lirih Bunga, menatap Arkan lesu sambil mengusap kasar air matanya.

"Pisah?"

Bunga mengangguk. "Bunda udah gak tahan sama sikap kasar Ayah, mereka gak mikirin gue Arkan." Tangis Bunga semakin meluruh ketika Arkan mengusap punggung bergetarnya.

"Mereka gak mungkin pisah, lo tau sendiri gimana Ayah lo cinta sama Bunda lo." Ujar Arkan menenangkan.

"Enggak, mereka pisah. Gue udah denger kabarnya, gue sendirian Arkan....,"

Arkan menggeleng tegas, merapatkan tubuhnya di sisi Bunga lalu menarik tubuh Bunga untuk masuk ke dalam dekapannya. Memberikan sebuah pelukan hangat sambil mengusap puncak kepala Bunga lembut. "Gue di sini, buat lo."

Bunga mendongak, menatap tepat kedua iris hitam Arkan. "Lo janji?"

"Iya,"

Bunga tersenyum kecil, semakin mengeratkan pelukannya pada tubuh proposional Arkan. "Makasih, Arkan."

"Jangan pernah tinggalin gue lagi, ya?" pinta Bunga memohon.

Arkan tak menjawab. Hanya diam sekarang tidak menanggapi kalimat sarat permohonan itu. Pemuda Reynand itu meneguk ludahnya kasar, keinginan Bunga tidak bisa ditolak. Sekali saja ia menolak, Arkan jamin akan ada hal-hal gila yang gadis itu lakukan untuk menghancurkan hidupnya.

"Kalau itu gue gak bisa janji,"

"Kenapa? Lo tetap milih si cewek sarkas itu?"

Arkan menggeleng. "Bunga, gue mau dijodohin. Gue mau tunangan bulan depan, bukan sama Salma."

Bunga melepaskan rengkuhannya. Memberi jarak pada Arkan, lalu menatap sang sahabat dengan tatapan penuh tanya. "Siapa?"

ARKANWhere stories live. Discover now