38. Can I Trust You Again?

2.4K 296 47
                                    


H A P P Y   R E A D I N G

🤸

"Biarin kaya gini dulu, gue kangen banget," bisik Arkan tepat di samping telinga Salma.

Salma bergerak tak nyaman karena Arkan memeluknya terlalu kencang. Salma menghela napas pelan, mengangkat pandang untuk menatap wajah Arkan sepenuhnya. "Gue sesak, lo gak akan biarin gue mati di sini, kan?"

"Hehehehe." Arkan melepaskan pelukannya, membari jarak lalu menggaruk tengkuknya kikuk sambil menatap Salma polos.

"Lo ngapain ke sini?"

Arkan melangkah mengikuti Salma yang lebih dulu melanjutkan jalannya. Menyejajarkan tubuh mereka lalu menatap Salma tanpa henti. "Kangen."

Salma memutar kedua bola matanya malas. Gadis itu membuang wajahnya kasar. Bisa-bisanya ia mengucap kata rindu sedangkan dari kemarin Arkan selalu terlihat bersama Bunga. Memang dasar playboy jalan manggis.

"Salll, denger dulu!"

Arkan berjalan sambil berusaha meraih lengan Salma yang kini malah gadis itu masukkan ke dalam saku hoodienya. Arkan meneguk ludahnya takut ketika melihat ekspresi Salma yang tak bersahabat sama sekali.

"Lihat depan. Gak usah liatin gue, mau nabrak lo?" ketus Salma, mengangkat dagunya tinggi.

Arkan menahan senyumnya. Semakin menatap Salma dengan tatapan memuja, membuat Salma yang sedari tadi menahan napas karena salah tingkah jadi melayangkan tabokan pelan pada pipi Arkan. "Nyebut, lo!"

"Hehehehehehehehe."

"Udah gila."

"Gila gini juga karena lo."

Salma mendengus kasar menanggapi celetukan ulung itu. Kembali menatap lurus untuk melanjutkan kegiatan jogging malamnya di sekitar perumahan rumah Salma. Arkan mengejar Salma, meraih lengan yang sedari tadi di sembunyikan Salma, lalu menpautkannnya dengan jari Arkan. Menggenggam. Menyadari tatapan protes dari Salma, Arkan langsung mengusap punggung tangan gadis itu, tapi arah pandangnya hanya fokus menatap jalanan di depan, menghindar dari tatapan tajam milik Salma.

"Heh, buaya!" Arkan menoleh, mengangkat alisnya tinggi.

"Lah nyaut dipanggil buaya!" Salma terkekeh kecil.

"Dipanggil sayang juga gue mah, mau!"

"Ya itu mah, emang kepengen lo dari dulu!"

Arkan tertawa gemas, menarik tudung hoodie Salma lalu memakaikannya pada pincuk kepala Salma. Namun sebelum benar-benar melampirkannya, Arkan mengacak gemas rambut Salma seraya tersenyum sangat manis. Salma seperti membeku, bingung harus memberi reaksi seperti apa.

Terlebih ketika Arkan mendekatkan tubuhnya pada Salma lalu mengecup keningnya tanpa permisi. Salma yang mendapat serangan mendadak seperti itu langsung menahan napas seraya menutup matanya rapat. "Kita baikan, ya? Gue gak bisa marahan lama-lama sama lo," pinta Arkan menatap Salma tulus.

Untuk beberapa detik, biarlah Salma tenggelam ke dalam pesona Arkan. Tatapan dari netra hitamnya itu meneduh, mata Arkan kian menyayu dengan senyum yang terukir sangat sempurna di wajah tampannya. Salma tidak bisa berbohong, bahwasannya ia juga merindukan laki-laki bodoh yang satu ini.

Salma menginjak kaki Arkan gemas kala menyadari apa yang sudah terjadi. "Enak banget lo ngomong!"

"Loh, lo marah sama gue?"

"IYA LAH!" gertak Salma, membalikkan badannya sambil menunjuk wajah Arkan geram. "Bisa-bisanya gak jelas tiba-tiba dingin terus jauhin gue!"

"Gue kan punya alasan sendiri."

ARKANWhere stories live. Discover now