Chapter 9 : Cinta?

1.4K 92 24
                                    



Jangan lupa Vote dulu yaaa~





"Everyday day and every night. I try to make you stay.

But you're..."

BTS Remix Jason Derulo "Savage Love"


Bib Bib // Bib Bib



Jam tangan Yaya yang berkedip dan berbunyi tidak lama dan akhirnya berhenti.

Semua mata kemudian melihat Yaya yang sedikit kehilangan senyum tapi gadis itu tidak mengatakan apapun. Taufan yang tidak bisa menahan penasaran bertanya, "Benda apa ditanganmu itu, gadis kecil? Kenapa bisa mengeluarkan bunyi dan cahaya aneh?"

Yaya menjawab, "Ini namanya jam tangan, Jendral. Ini alat yang saya gunakan untuk menghubungi teman-teman saya." Jelasnya.

Taufan masih punya pertanyaan tapi dia kalah cepat Yaya yang bergerak ke depan Halilintar dan mendongak menatap sang raja langsung pada matanya, "Kak Lin, saya tidak bisa ikut kembali—" ucapan Yaya tidak selesai karena Halilintar yang tiba-tiba menarik dan menggenggam erat pergelangan tangannya.

GREP

"Tidak. Aku belum mendapat penjelasanmu tentang bagaimana kau mengalahkan para bede—penculik itu. Lagi pula..." Halilintar cepat menolak dan memberi lirikan penuh arti pada kedua putranya, "...Blaze dan Ice tidak akan senang kau tinggalkan." Ucapnya berusaha menekan nada perintahnya dan merayu hati lembut Yaya.

Blaze dan Ice yang, entah bagaimana, peka dengan pesan mata sang Ayah segera bertindak, "Kak Yaya mau pergi? Tapi Ice sakit dan ingin bermain dengan Kakak setelah sembuh nanti." Taufan tidak mempercayai matanya sendiri melihat Ice, keponakannya yang cuek dan selalu malas, kini memasang wajah memelas dan minta dikasihani.

Blaze tidak mau kalah, "Kak Yaya jangan pergi dulu. Nanti Blaze sedih~" katanya seraya sedikit mengusap ujung matanya.

Taufan mau muntah melihat Blaze yang pura-pura menangis. Sandiwara mereka menjijikan.

Halilintar juga setuju, sandiwara dua bocah kembar itu mengerikan, tapi melihat Yaya tidak bisa menahan serangan kedua putranya, Halilintar menyeringai dalam hati.

Yaya melepas genggaman Halilintar yang melemah dengan mudah lalu sedikit membungkuk mensejajarkan tubuhnya dengan dua bocah lucu di depannya, "Blaze, Ice. Kakak tidak pergi lama kok. Kakak cuma ingin memeriksa area ini dan nanti akan kembali lagi ke istana." Jelas Yaya seraya mengelus sayang kedua pipi bocah-bocah tampan keturunan raja tersebut.

"Tapi..." Blaze dan Ice tidak berani menentukan lalu melirik Halilintar. Sejenak wajah sang Ayah terlihat tidak suka namun kemudian Halilintar menghela nafas lalu mengangguk kecil, "Kak Yaya janji tidak akan lama?"

Yaya tersenyum lebar, "Janji! Janji jari kelingking." Katanya sambil menyodorkan jari kelingkingnya. Tapi Blaze dan Ice diam tidak mengerti.

"Janji jari kelingking?" Ice memiringkan kepalanya.

"Ini artinya Kakak berusaha tidak akan mengingkari janji." Jelas Yaya yang kemudian disambut dengan dua jari kelingking yang bertaut dengan kelingkingnya.

Yaya kemudian kembali lagi menghadap Halilintar. Pria itu diam namun matanya menatap sepasang mata coklat bening nan indah gadis di depannya. Begitu murni dan tidak ada kebohongan meski Halilintar tahu terdapat banyak rahasia di dalamnya. Dia menghela nafas.

Sang raja pada akhirnya mengangguk setuju karena tidak mau membuat Yaya merasa dikekang. Gadis merah muda itu tersenyum senang lalu menunduk sopan kepadanya, Taufan , Sai dan bahkan para prajurit. Yaya berpamitan terakhir dengan Blaze dan Ice.

CAUGHT BY THE EMPEROR (HALILINTARxYAYA)Where stories live. Discover now