A Precious Day

3 0 0
                                    

Ahh! Lama menelantarkan anak, ngebiarinnya teronggok di draft sampe bedebu.

Karya: Ashliha_

Happy reading semua. Hope you like this.

"Waktu — salah satu hal penting yang sering disepelekan."

~ ⸭ ~

"Rara!" teriak Putri sambil melambaikan tangan.

"Ish. Kebiasaan, deh. Teriak mulu," jawab Rara.

"I-iya, maaf. Eh, berangkat sama siapa?" tanya Putri.

"Sama sopir," ujar Rara.

"Orang tua kamu beneran gabisa antar jemput sekali aja, ya?" celetuk Putri.

"Ya, kamu tau 'kan, orang tua aku sesibuk apa?" balas Rara.

"Iya, sih. Yaudah, lupain aja itu. Masuk kelas, yuk!" ajak Putri.

Dua sahabat itu pun berjalan menyusuri koridor sekolah baru mereka. Ya, Putri dan Rara adalah siswi baru di SMA Harapan. Persahabatan mereka sudah terjalin sejak di bangku SMP. Bahkan karena saking dekatnya, mereka terlihat seperti saudara kandung. Bukan hal yang aneh jika mereka suka menggunakan aksesoris yang sama. Namun, banyaknya persamaan di antara keduanya, tak dapat mengubah kenyataan bahwa latar belakang keluarga mereka sangat jauh berbeda.

Jika Putri berasal dari keluarga menengah ke bawah dengan keharmonisan yang membuat keluarga lain iri dibuatnya, maka Rara berasal dari keluarga kalangan atas, tetapi tidak ada keharmonisan di dalamnya. Kesibukan dari masing-masing anggota keluarga adalah penyebab utamanya. Papa Rara adalah pengusaha besar dengan segudang kesibukan. Sedangkan mama Rara merupakan seorang wanita karier dengan butik yang maju dan memiliki banyak cabang. Kemudian Randi, kakaknya, sibuk dengan kehidupan kampus dan komunitas basketnya.

Rara memang sering merasa bahwa keluarganya membutuhkan family time untuk mempererat hubungan mereka. Berkali-kali pula dia telah mencoba banyak hal untuk bisa menikmati waktu bersama. Mulai dari hal kecil seperti mengajak menonton televisi bersama, sampai hal besar, mengajak liburan ke luar kota atau bahkan negeri. Sayangnya, tidak ada tanggapan sama sekali baik dari papa, mama, ataupun kakaknya.

Setelah kurang lebih enam jam berlalu, bel pulang sekolah pun berbunyi. Rara dan Putri keluar kelas bersama dan menunggu jemputan masing-masing di depan gerbang.

“Ngomong-ngomong, kamu gak coba buat ajak keluarga kamu jalan atau apa gitu biar kalian ada quality time?” seloroh Putri.

“Bukan gak coba. Udah sering malah. Tapi gak ada respon dari mereka. Capek sendiri jadinya,” sahut Rara.

“Eum ... kamu pasti ngerasa kesepian banget, ya? Punya keluarga tapi kayak gak punya siapa-siapa,” ujar Putri.

“Yah, gitulah. Mau main ke taman aja susah, mau sama siapa coba? Masa iya, di taman duduk sendiri liatin orang-orang?” ungkap Rara.

“Kamu pingin refreshing, ya? Kebetulan minggu ini aku mau piknik kecil-kecilan di taman bareng mama sama papa aku. Kamu mau ikut?” tawar Putri.

“Serius, aku boleh ikut? Mau dong, Mau!” timpal Rara.

“Ya bolehlah. Boleh banget malah. Oke, minggu pagi aku jemput kamu,” tukas Putri.

Di tengah obrolan hangat mereka, tiba-tiba sebuah mobil berhenti di hadapan keduanya. Laki-laki paruh baya sedikit lebih tua dari papa Rara turun dari mobil.

“Sudah selesai, Non? Mau langsung pulang?” dia bertanya pada Rara.

“Sudah, Pak. Iya, kita langsung pulang aja,” jawab remaja itu.

Kidung SemestaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang