Negligence

11.3K 983 55
                                    

Horas.

Kembali lagi. Up di pagiku cerah matahari bersiar karena ternyata udah 200 follower. Thanks sekalian. 

Tapi... tapi yang belum follow, ingin follow??

So, happy reading.

.

.

.

Semenjak kejadian-kejadian itu, Taehyung selalu berusaha menghindar dari Jeongguk. Ia tak pernah lagi keluar dari kamar saat tengah malam. Selain itu, dia memilih menghabiskan lebih banyak waktu di butik.

Selama seminggu ini, ia menjadi orang yang pulang ke mansion paling larut dan pergi kerja paling awal. Tentu saja Jennie menyadari perubahan kebiasaan jam kerja sang suami.

"Kau jadi sibuk sekali yeobo. Kita tidak pernah makan malam atau makan siang bersama." Ungkap Jennie saat mereka tengah duduk berdua di sofa ruang keluarga.

"Maaf sayang, dan em-- besok lusa aku harus ke Paris."

Detik berikutnya, Jennie menyamankan kepala di dada Taehyung. "Kenapa aku jadi rindu ya?"

Taehyung terkekeh pelan, "Setelah aku kembali, semoga saja jadwalku bisa kembali seperti semula."

Mendengar itu, Jennie beranjak mengecup pipi Taehyung. Tentunya masih dalam posisi duduk bermesraan. "Aku akan menunggu."

"Ah, Jeongguk-ah. Kapan kau datang?" Jennie langsung bangun dari posisi bersandar saat sadar bahwa Jeongguk sudah ada di ruang tamu sembari membawa tas kerja. Malam ini adiknya yang pulang paling larut.

 Malam ini adiknya yang pulang paling larut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Baru saja."Ujarnya singkat. Terlampau singkat.

"Sudah makan malam?"

"Hm." Setelah menganggukkan kepala, Jeongguk kembali meneruskan langkah menuju kamar.

Netra Jennie tidak lepas menatap kepergian Jeongguk sampai punggung itu menghilang dibalik pintu.

"Aku merasa Jeongguk membuat jurang besar diantara kami." Gumannya sedih.

"Wajar saja, kalian terpisah sejak kecil." Timpal Taehyubg menghibur.

"Begitukah?" Jennie menghela nafas, "Aku sangat iri dengan kedekatan oppa dan Namjoon oppa."

"Mungkin saja Jeongguk masih merasa canggung denganmu, sayang."

"Ya.. mungkin saja."

.

.

.

Dua hari kemudian, Taehyung ditemani Jennie menuju bandara. Dia akan pergi ke Paris selama seminggu seorang diri, karena Yoongi ditugaskan untuk mengurus kegiatan pameran yang diselenggarakan di Busan.

"Hati-hati, yeobo. Hubungi aku jika sudah sampai." Jennie merapikan rambut Taehyung dan memasangkan kaca mata. Katanya agar ketampanan suami tersamarkan, walau pada nyatanya tak cukup berhasil. 

Jennie mendengus kecil, "Kau tampan sekali sih, Yeobo."

Taehyung tertawa sebagai jawaban.

"Jangan tergoda wanita yang menggodamu."

"Mana bisa."

"Jangan melirik wanita lain."

"Haha. Tentu saja, sayang." Taehyung mengecup puncak kepala Jennie, "Aku pergi dulu."

"Ya, hati-hati. See you next week." 

"See you."

Senyum cerah Jennie merekah indah melepas kepergian sang suami. Setelah sempat balas mengulum senyum, Tehyung meneruskan langkah menuju gate tempat pesawat yang akan membawa terbang ke Paris.

Kabin pesawat eksekutif itu sudah dipenuhi sebagian orang. Seorang pramugari menyambutnya dengan tersenyum sopan dan memandu dalam melangkah menuju kursi yang sesuai tertera di tiket.

"Ini kursi anda, sir."

"Thanks." Ucapnya sembari melepas kacamata. Taehyung duduk di kursi dekat Jendela. Ia memandang keluar sesaat sembari memasang sabuk pengaman sebelum menutup mata karena semalam harus lembur.

Lama.

Entah berapa jam ia terlelap.

Begitu terjaga, ia mengerjapkan mata, beradaptasi dengan cahaya sekitar.

"Mimpi indah, baby?"

"Oh Fuck!"

Refleks saja Taehyung menatap tak percaya pada sosok yang tepat duduk di sampingnya, sosok yang selalu berusaha dihindari.

"Aku sungguh kecewa, kau selalu menatapku seperti melihat hantu." Seru Jeongguk santai.

"Kau. Kau saja yang selalu muncul tiba-tiba, dan kenapa kau ada disini?!!"

Jeongguk tersenyum, "Tentu saja untuk pergi ke Paris, baby."

"Shit. Hentikan panggilan itu, Jeongguk-ssi."

Sungguh, Taehyung jengah dan kesal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sungguh, Taehyung jengah dan kesal. Berbeda dengan Jeongguk yang malah tertawa renyah dan membuatnya semakin kesal. Sangat kesal.

"Jadi ini dirimu? Kau pandai mengumpat, hm? Aku hanya mengambil cuti."

"Kau sengaja?!!"

"Begitukah?"

Tidak ingin lebih banyak berdebat, Taehyung memilih menyandarkan punggung dan memejamkan mata kembali.

"Baby ingin tidur lagi, hm?"

"Cukup. Jeon. Hentikan panggilan itu." Semenit kemudian, Taehyung merasakan paha bagian atas yang diraba. 

What the fuck!!!

Sontak saja Taehyung membuka matanya, "Hentikan, Jeon!!" Suaranya sengaja dipelankan dan ditekan.

Si pelaku hanya tersenyum tipis, "Makan, atau aku akan memakanmu?"

Pada akhirnya Taehyung menghela nafas kasar. Tentu saja ia lebih memilih pilihan pertama. Jeongguk melempar senyuman kemenangan disusul memanggil seorang pramugari dan memesan makanan.

Di lain sisi, Taehyung diam membisu.

Kesal.

Tentu saja.

Sangat kesal malah.

Terlampau kesal.

Ugh.

Namun,

Kenapa--

Kenapa ia menyukainya?

Kau tau, hal yang menyeramkan dari sebuah pengabaian? Kelengahan. 

.

.

TBC

Let Me In ╬ KOOKV [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang