✏Who I'am 8 ☑ Plan 1⛔

297 11 6
                                    

Di gelapnya ruangan terlihat seorang pria sedang berjalan mengendap-endap menuju kamarnya. Tiga langkah empat langkah lima langkah akhirnya ia sampai dikamarnya. Pria itu membuka tali sepatu lalu melepas paksa dari kakinya. Pria itu membantingkan tubuhnya ke atas kasur karena sangat kelelahan.

Tok tok tok

Suara ketukan pintu dari luar kamar.

"Masuk"

"Baek Ho?" panggil pria tua dari bilik pintu.

"Ada apa pa?"

"Ikut papa ke ruang kerja, ada yang harus papa omongin." Perintah pria tua itu hanya dibalas anggukan oleh putranya.

Baek Ho beranjak dari kasur kesayangannya. Ia mengikuti perintah papanya meskipun sedang kelelahan.

Baek Ho berjalan dibelakang papanya. Sementara tuan Byun hanya memasang muka serius sepanjang langkahnya.

"Duduk" perintah tuan Byun hanya di balas anggukan oleh Baek Ho.

"Ada apa pa?"

"Lihat ini" pria tua itu menyodorkan selembar kertas ke hadapan anaknya.

"Dubai?"

Tuan Byun hanya menganggukkan kepalanya dan tersenyum tipis.

"Baek Ho tolong ambilkan papa dokumen map merah yang ada di meja kamar papa." Perintah tuan Byun.

"Yakin aku boleh masuk pa?"

"Ambil saja siapa yang melarangmu." Balas tuan Byun tersenyum tipis.

Baek Ho menurutinya lalu beranjak pergi meninggalkan papanya yang masih duduk di sofa ruang kerja.

Sepuluh menit lamanya mencari kini dokumen sudah ada di tangan Baek Ho. Wajar saja karena meja itu terlalu banyak tumpukan dokumen dan membuatnya kesulitan sehingga harus mencarinya satu persatu.

Baek Ho keluar dari kamar papanya dan kembali ke ruang kerja. Namun langkahnya terhenti ketika mendengar obrolan antara papa dengan temannya lewat ponsel.

Baek Ho tidak ingin lancang mendengar dan mengurusi urusan pribadi papanya. Namun satu kata yang membuat Baek Ho tersentak dan dituntut harus mendengarnya meskipun itu sangat lancang. Kata "MATI"

"Wanita itu? sungguh dia sangat menyebalkan. Wanita itu selalu membuatku susah. Ia selalu menyuruhku untuk berbuat hal-hal aneh."

"....."

"Dia mati juga biarkan karena aku tidak mencintainya dari dulu. Wanita itu hanya beban hidup."

"....."

"Baekhyun? dia sudah mati. Tidak akan ada lagi yang bisa hancurin hidupku lagi. Baek Ho tidak sepintar kakaknya sehingga mudah saja dibodohi. Anak itu mudah sekali untuk ditaklukan buktinya semua permintaanku ia turuti semua hahaha."

Baek Ho memejamkan matanya berusaha menahan amarah. Wajahnya menjadi mengerut dan memerah. Nafasnya menjadi tidak stabil air mukanya seketika berubah dan memanas.

Baek Ho hanya terdiam mengepalkan kedua tangannya sekuat tenaga.

Ia sangat kecewa!!

"terimakasih nak." tuan Byun mengambil dokumen ber-map merah dari tangan anaknya sembari tersenyum tipis.

Baek Ho mencoba mengatur napasnya dan menahan amarah. Ia berpura-pura tidak mengetahui dan tidak mendengar obrolan papanya tadi.

Baek Ho berpura-pura seakan tidak terjadi apa-apa dan normal.

WHO I'AM?Where stories live. Discover now