#Chapter 14

677 71 3
                                    

Wira terjaga dengan kepala yang terasa berat. Sebuah handuk kecil yang agak basah bersarang di dahinya. Wira mengambil handuk itu dan meletakkannya di wadah yang ada di atas meja kecil di samping ranjangnya.

Sambil memijit-mijit dahinya, Wira mencoba mengingat lagi apa yang telah terjadi semalam.

Pub.

Empat sekawan.

Alkohol.

Hanya itu yang bisa ia ingat. Wira baru ingin turun dari ranjang ketika dia melihat pintu kamarnya bergerak. Wira langsung menuju pintu itu dan melihat seorang wanita berambut bob sedang berperilaku aneh dengan berjalan secara membungkuk dan mengendap-endap ke pintu. Wira memicingkan mata dan mengingat apa yang ia lupakan.

"Kalau aku mabuk, tolong telepon calon istriku. Namanya Latisha Fimay. Nama kontaknya LAFI."

Wira memicingkan mata melihat kelakuan aneh wanita berambut bob yang sepertinya telah merawatnya semalaman. Sepertinya dia hendak pulang tanpa berpamitan.

Belum juga wanita bob itu, Latisha, berhasil keluar, tiba-tiba ponselnya berdering hebat membuatnya terkejut setengah mati. Wira pun sama terkejutnya tapi tetap bisa menguasai dirinya. Sedang Latisha kini sudah berbalik dan terpaku mendapati dirinya tertangkap basah sedang mengendap-endap di apartemen orang. Wira masih memicingkan mata dan melipat kedua tangannya di depan dada. Apa yang harus ia lakukan pada wanita yang tengah mengandung benihnya ini?

***

"Ya, Jerr." Ucap Latisha mengangkat panggilannya, tidak mempedulikan Wira yang tengah mengamatinya.

"....."

"Benarkah? Itu buruk sekali."

"....."

"Baiklah. Semoga kasus yang kau tangani cepat beres."

"...."

"Humm. Terima kasih."

"...."

"See you too."

*

"Berhenti menatapku seperti itu. Kalau bukan karena sahabat-sahabatmu yang baik itu tidak sudi mengantarkanmu pulang, aku tidak akan terjebak di sini." Ucap Latisha mencoba seketus yang ia bisa.

"Tadinya aku mau langsung pulang, tapi kau demam dan terus mengigau memanggil mantanmu itu, jadi dengan terpaksa aku tertahan di sini. Aku takut kau mati dan aku akan dituduh membunuhmu." Tambahnya lagi.

Dahi Wira mengerut mendengar ocehan Latisha tapi pada akhirnya ia hanya mengucapkan....

"Terima kasih."

Kini giliran Latisha yang mengerut. Apa ia tidak salah dengar? Wira mengucapkan.... terima kasih?

Latisha tak menjawab dan hendak melanjutkan misinya tuk segera pergi dari situasi tak nyaman ini sebelum ia menyadari Wira menahan pintu agar tetap tertutup. Latisha bahkan harus mendongak dan mendapati tangan kanan Wira berada 20 senti di atas kepalanya.

Latisha berbalik, membuat dirinya merasa seperti kurcaci di kurungan tubuh tinggi tegap Wira.

"Aku masih sakit." Ucap Wira dingin yang membuat Latisha harus berpikir selama dua menit sampau ia bisa menangkap maksud perkataan Wira. Pria itu tidak ingin Latisha pergi.

***

Pukul 08.22

Latisha yang kelaparan sedang menikmati sarapannya, lontong sayur padang dengan lahap.

Latisha yang kelaparan sedang menikmati sarapannya, lontong sayur padang dengan lahap

Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.
BUKAN ISTRI IDAMANWo Geschichten leben. Entdecke jetzt