Wira, Si Wanita yang ternyata bernama Celin, dan seorang gadis manis yang tertidur selama perjalanan, tiba di apartemen lama Wira yang hanya ia datangi setahun sekali, yang selalu ia perintahkan untuk dijaga rapi dan bersih, dan selalu menjadi tempatnya mencari sisa kenangan bahagianya dengan istri yang ia pikir telah meninggal.
Wira keluar lebih dahulu, dan meminta sekuriti apartemen untuk membantunya memarkirkan mobil. Setelah itu, ia beralih ke kursi penumpang dan mengambil alih putrinya yang tertidur pulas tanpa kata. Bahkan sampai mereka masuk ke apartemen, Wira masih belum berkata apa-apa.
Jujur, Celin takut, tapi pria ini tidak bisa dilawan. Jadi dia hanya mengekor seperti keledai, dan membukakan pintu saat Wira terdiam di depan pintu kamarnya. Isyarat jika ia ingin seseorang membantunya untuk membukakan pintu.
Dengan hati-hati, Wira meletakkan putri cantiknya dan membukakan sepatunya. Wira tak ingin menganggu si Putri tidur, jadi dia hanya menyelimuti sang putri. Dan setelah membelai sayang pemilik rambut ikal itu, Wira mematikan lampu lalu keluar dari kamarnya.
Sudah waktunya. Kini, dia harus tahu apa yang terjadi hingga tiba-tiba anak yang ia pikir telah tiada, muncul setelah 8 tahun entah dari mana. Seseorang harus mulai menjelaskan kegilaan ini.
***
"Usha, sedang tidur. Nanti aku akan suruh dia meneleponmu setelah ia bangun."
"......"
"No no no. She's fine. Aku tadi membawanya jalan-jalan dan dia kelelahan makanya tidur cepat."
"......"
"Kau tahu anakmu. Dia selalu tersenyum apapun yang terjadi."
"....."
"Humm. See you. Bye."
"Astaga!" Jantung Celin seakan-akan melompat dari tempatnya saat tahu-tahu Wira sudah ada di hadapannya. Menatapnya dengan intimidasi yang kentara.
Tadi Celin sempat melihat foto pernikahan Latisha sebelum ia menerima panggilan telepon, jadi sedikit banyak dia bisa menyimpulkan siapa pria yang mengintimidasinya saat ini.
"Apa anda yang bernama Wira?" Tanya Celin gugup.
"Dimana dia sekarang?" Tanya Wira tak peduli dengan pertanyaan Celin yang menurutnya tak penting baginya.
"Siapa? Ah... Dia bersama Jerry di Singapore untuk menyelesaikan sebuah kasus."
"Kapan mereka kembali?" Tanyanya lagi, membuat Celin makin merasa terintimidasi.
"Du-dua minggu lagi. Itu, aku.. kami akan pulang besok. Aku mengajak Usha tanpa sepengetahuan ibunya, jadi.."
"Kau- tidak-akan kemana-mana dengan putriku sampai semuanya jelas. Kalian akan tinggal di sini dan mengikuti kompetisi, sembari aku mengumpulkan semua bukti." Potong Wira dengan manik yang menakutkan.
"Saya mohon. Saya tidak tahu apa yang terjadi dan itu bukan urusan saya. Tapi Jerry akan membunuh saya kalau sampai terjadi masalah. Biarkan kami pergi besok, dan setelah Mbak Sha pulang, kalian bisa bicara baik-baik."
Wira tersenyum menakutkan, membuat Celin gugup seketika. "Bicara baik-baik katamu?"
"APA KAU TAHU APA YANG TERJADI KETIKA AKU BERUSAHA BICARA BAIK-BAIK DENGAN WANITA ITU?"
Celin mundur dua langkah. Dia ketakutan.
"DIA PERGI DAN MEMBUATKU PERCAYA KALAU DIA DAN ANAKKU TELAH MATI. APA KAU TAHU NERAKA APA YANG KUJALANI SELAMA 8 TAHUN INI?"
Celin melihat Wira, emosi dan air matanya. Dia tidak tahu apa yang terjadi pada pernikahan Latisha dan suaminya, tapi dia bisa melihat betapa pria ini sangat menderita.
"Dan sekarang, tiba-tiba aku mengetahui ternyata aku punya seorang putri. Dia hidup dan bernafas. Cantik dan mirip sepertiku. Dan kau ingin dia pergi lagi dariku? Hmm? Aku bahkan tak tahu apa dia membenci ayahnya ini, aku bahkan tak tahu bagaimana mengatakan padanya, Nak, ini ayah. Ini ayah." Luruh sudah air mata kesedihan Wira. Dia sudah mati saat dia tahu Latisha telah pergi selamanya, nyatanya, kini buah hatinya muncul di hadapannya dan memaksanya untuk 'bernafas kembali'. Dia bahkan lupa bagaimana rasanya 'bernafas' saat ini.
Wira yang tak ingin dilihat Celin lebih menyedihkan lagi dengan air matanya berbalik. Tapi kemudian, dia membeku. Di hadapannya, tepat di depan pintu kamarnya, Latusha sudah berdiri tegak dengan mata yang menggenang, menggigiti bibir mungilnya dan tubuhnya bergetar hebat.
Manik mata Wira membesar, dia baru sadar jika dia pasti sudah berteriak-teriak dan pasti itu yang membuat putrinya terbangun. Apa yang harus ia lakukan? Apa dia harus mendekati putrinya? Akankah ia ketakutan?
Latusha mengatupkan bibirnya dan tak bisa lagi menahan air matanya. Ia mulai terisak dan menghapus air matanya yang terus saja mengalir. Kenyataan ayahnya berada di hadapannya setelah bertahun-tahun hanya bisa ia rindukan dalam mimpi membuatnya tak bisa menahan gejolak emosinya.
Wira yang ketakutan mendekati putrinya perlahan. Ia berlutut di hadapan si Cengeng yang sudah semerah tomat.
Saat ini ia hanya ingin memeluk putrinya, tapi ia menahan tangannya untuk tak menyentuh sang putri. Dia takut putrinya tidak menyukai kenyataannya yang sekarang.
Bagaimana kalau di dalam kepala cantiknya, ayahnya hanyalah orang jahat yang meninggalkan ia dan ibunya?
Bagaimana kalau Latisha bahkan tak pernah mengatakan kalau ayahnya ini masih ada? Hidup dan bernafas.
"Apa itu benar? Apa Om..ayahku?"
Wira yang masih berderai air mata mengangguk. Masih menahan diri dan berharap putrinya menginginkan hal yang sama.
"Aunty, bunda tidak berbohong. Ayahku memang tampan." Ucapnya sambil melihat ke Celin yang langsung menganggukinya.
Dan saat itulah Wira tak menahan dirinya lagi. Diraupnya si kurus tinggi ke dalam pelukannya. Dibawanya putri cantiknya dalam gendongan dan dihujaninya dengan kecupan sayang. Merasakan putri cantiknya membalas pelukannya, membuat Wira begitu bahagia. Dia memiliki seorang putri dan putrinya menerimanya.
Sedang di sudut lain, Celin hanya memandang pertemuan bahagia itu dengan haru. Mungkin setelah ini Latisha dan Jerry akan mengutuknya, tapi ini pasti cara Tuhan menjalankan takdir Latusha dan ayahnya. Mungkin juga, takdir Latisha dan suaminya. Dia mungkin melakukan kesalahan dengan membawa Latusha tanpa ijin ibunya, tapi dia merasa, dia telah melakukan hal yang benar bagi Latusha yang selalu haus akan kasih sayang seorang ayah, dan mungkin bagi Latisha, karena Celin tahu, tak sekalipun Latisha melupakan masa lalunya.
Bukankah Tuhan selalu punya cara yang indah untuk menyatukan segala yang dikehendakiNya?

YOU ARE READING
BUKAN ISTRI IDAMAN
RomanceTentang dia yang berjuang sendirian. Tentang dia yang tak pernah diidamkan. Tentang dia yang mencintai tapi tak dicintai Latisha artinya kebahagiaan yang besar, tapi kenapa kebahagiaan justru tak pernah menyapanya? Tentang dia... Latisha Fimay