2

1.2K 248 6
                                    

halo semua, jangan lupa vote dan comment nya yaaa. 🤍

++



Ketika dosen keluar dari ruang kelas, Sungchan langsung memasukkan buku dan alat tulisnya ke ranselnya. Ia melirik arloji di tangan kirinya. Masih ada waktu setengah jam buat kerja, gumam Sungchan dalam hati.

"Lo mau makan siang gak? Yuk lah gue traktir dah." ajak Chenle kepada Sungchan.

Sungchan tersenyum sambil menggeleng. "Makasih, Le, tapi kayaknya gue mau langsung ke tempat kerja."

"Gue anter mau gak? Sekalian gue cari makan." tanya Chenle lagi.

Sungchan menggeleng. "Gak papa, Le. Gue bisa sendiri."

Chenle memajukan bibirnya kesal. "Ah lu mah, gak pernah mau gue bantu." cibir Chenle.

"Lo tutup mulut tentang keberadaan gue dan anak gue aja udah membantu banget kok, Le." balas Sungchan sembari berjalan keluar kelas bersama Chenle.

"Anak lu gimana sekarang? Siapa yang jagain?" tanya Chenle.

"Gue titip di tempat penitipan anak." jawab Sungchan. "Le, gue duluan ya. Dah." pamit Sungchan sembari berjalan meninggalkan Chenle.

Omong-omong, yang tadi itu namanya Chenle. Dulu Sungchan dan Chenle satu sekolah. Sampai sekarang pun mereka satu fakultas dan satu kelas pula. Sebenarnya Sungchan gak akrab banget sama Chenle, tapi karena Papinya Chenle itu temen deketnya Papanya Sungchan, bisa dibilang hubungan mereka baik lah.

Chenle juga tau tentang Sungchan yang punya anak di luar nikah. Tapi hanya Chenle lah yang sampai detik ini yang mau berteman dengan Sungchan, dikala teman-teman SMA nya Sungchan yang lain mulai menjauhi Sungchan.

Sungchan langsung menaiki bus kampus yang kini berhenti di depan gerbang fakultasnya. Habis ini Sungchan harus naik bus lagi ke tempat kerjanya.

Sungchan bekerja paruh waktu di sebuah minimarket dari jam 12 siang sampai jam 4 sore. Lalu Sungchan memiliki pekerjaan paruh waktu lain dari jam 5 sore sampai jam 9 malam.

Sebuah perjalanan panjang yang harus dilakukan setiap harinya.

Bus kampus berhenti di gerbang fakultas kedokteran. Sudah hampir satu menit bus berhenti, tapi tidak ada juga yang masuk. Bus kampus pun hendak bergerak meninggalkan fakultas kedokteran.

Sungchan sudah duga. Anak kedokteran itu kan tajir-tajir, pastinya mereka punya kendaraan sendiri. Atau mereka bisa naik ojek online dari fakultas mereka. Jadi ngapain susah-susah naik bus kampus.

"TUNGGU!!!! PAK!!!! WOIIIII!!!" teriak seseorang sembari menepuk bagian belakang bus.

Sungchan menoleh, ia melihat seorang gadis di sana tengah mengejar bus yang ia naiki yang perlahan mulai bergerak. "Pak, tunggu sebentar!" ucap Sungchan kepada si sopir bus.

Bus pun berhenti lagi. Lalu gadis itu masuk dan menjadi pusat perhatian. Bagaimana tidak, tangan kirinya penuh dengan tumpukan buku dan jas laboratorium, menandakan kalau ia anak fakultas kedokteran. Sebuah momen yang sangat langka.

Dan Sungchan merasa tidak asing dengan gadis itu.

Tanpa ragu, gadis itu duduk di samping Sungchan karena hanya itu bangku kosong yang tersisa. Sedangkan Sungchan hanya pura-pura tidak tau, padahal ia sedang berusaha untuk mengingat siapa gadis itu.

"Eh, lo tetangga baru di depan unit apartemen gue kann? Yang di lift kemarennnn???" ucap gadis itu kepada Sungchan.

Ya. Akhirnya Sungchan ingat.

𝟒𝟖𝟔 ㅡ sungchan,winter ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang