9

954 204 68
                                    

Sungchan dan Chan kini sudah tiba di apartemen mereka setelah diantar oleh Chenle dan Ningning tadi sore.

Sungchan tengah menggendong Chan sembari menyanyikan lagu pengantar tidur. Perlahan-lahan Chan mulai tertidur di gendongan Sungchan. Setelah Sungchan pastikan Chan sudah tertidur, Sungchan langsung meletakkan anak perempuannya itu di kasur, dan lalu ia keluar dari kamar.

Tiba-tiba ponsel Sungchan berdering. Wajah Sungchan berubah datar ketika melihat nama Mamanya Chan tertera di ponsel Sungchan.

"Halo, Sungchan? Aku baru baca pesan kamu. Emang bener Chan sakit? Chan dirawat dimana? Sekarang gimana keadaannya? Aku mau jenguk."

"Udah sehat. Tadi sore baru pulang dari rumah sakit." jawab Sungchan sembari duduk di sofa. "Kalo mau jenguk, dateng aja ke apartemen kami."

"Oh udah sembuh... yaudah deh. Kapan-kapan, ya?"

Sungchan menghela napasnya kasar. "Kamu sebenarnya peduli atau gak sih sama Chan? Kalau memang gak peduli, gausah pura-pura peduli."

"Sungchan, aku bukannya gak peduli. Tapi keadaan sekarang udah beda sama dulu. Kamu harus bisa ngertiin aku."

"Iya, tapi kamu gak pernah ngertiin Chan. Chan bahkan hampir lupa kalau dia punya Ibu dihidupnya!" balas Sungchan.













Sungchan mengatur emosinya yang mendadak meningkat, lalu Sungchan menghela napasnya. "Minju, aku cuma mau bilang, kalau memang gak peduli, gak papa. Tapi gak usah kembali lagi ke kehidupan kami."








Sungchan akhirnya mematikan sambungan dengan Minju. Lalu ia menjatuhkan dirinya di sofa dan mengusap wajahnya kasar.

Sungchan sakit hati, jujur. Tapi ia sudah biasa merasakan ini. Sampai-sampai Sungchan merasa ini adalah hal yang biasa.

bruk!

Tiba-tiba Sungchan mendengar suara dari luar unit apartemennya. Sungchan bangkit dari duduknya dan membuka pintu unit apartemennya.

Yang Sungchan lihat di depan pintu apartemennya adalah, Minjeong sedang mengambil plastik kresek yang terjatuh.

"Hai, Sungchan." kata Minjeong sembari melambaikan tangannya di depan Sungchan.

Sungchan menatap Minjeong datar. Ia masih kesal kepada gadis itu karena Minjeong melunasi biaya pengobatan Chan.

Lalu ia melihat Minjeong menggenggam banyak kantung platik besar. Samar-samar Sungchan dapat melihat kaleng susu dan pampers bayi di dalam plastik. Astaga.

Minjeong sedari tadi hanya menunjukkan cengirannya, sementara Sungchan yang duduk di sampingnya menatap gadis itu datar.

"Kenapa lo lunasin biaya pengobatan Chan?" tanya Sungchan.

"Bukan gue yang lunasin, tau!" jawab Minjeong.

"Iya, tapi rumah sakit itu punya keluarga kakak ipar lo." balas Sungchan.

Minjeong langsung mengerucutkan bibirnya. "Gue kan cuma mau meringankan beban lo. Daripada lo harus hutang ke temen lo????"

"Tapi sama aja, Minjeong. Artinya gue berhutang sama lo." balas Sungchan sembari menghela napasnya berat.

"Dih, kata siapa hutang????" balas Minjeong.

𝟒𝟖𝟔 ㅡ sungchan,winter ✓Where stories live. Discover now