"Ya ampun Nyx, gue seneng banget bisa ketemu lo lagi." Datang-datang Della langsung meluk gue.
Dengan meringis, gue berusaha menyingkirkannya. "Engap, woy. Minggir,"
"Sorry." Della terkekeh sambil menjauhkan diri.
"Segitu senengnya? Fiks gue emang ngangenin dan lo gak bisa jauh-jauh dari gue."
Mendadak tatapannya berubah galak. "Kalo gue pukul lo sekarang, lo gak akan bisa ngelawan. Mau?"
"Iya, iya, ampun."
Gue terkekeh, sementara Della mendelik. Anggota inti yang lain cuma geleng-geleng lihat tingkah kita. Dan Heksa memandang penuh perhatian.
"Jadi, gimana keadaan lo sekarang?" tanya Cellin kemudian. Ada bebat di pergelangan tangannya.
"Beginilah, agak mendingan sih dibanding tadi pagi," sahut gue lega, meskipun memang masih terkapar menyebalkan di atas bed. "Ah ya, kalian semua gak ada yang luka parah, kan?"
Gue mengamati satu persatu. Bang Miko ada perban di kening, serta satu-dua memar di wajah. Daniel cuma lebam-lebam ringan. Nata gue rasa masih lukanya yang lama, hadiah dari menyamar di Antasena. Cellin sendiri punya banyak luka lecet. Dan Della, ada plester di pelipis dan dagunya. Ryan masih pemulihan- kata Heksa.
"Gak ada, Nyx. Kita semua baik-baik aja." Bang Miko mewakili.
Penuh syukur, gue mengangguk. "Bagus deh kalo gitu."
"Jujur, lega banget gue liat lo bisa nyerocos lagi," timpal Della, yang gue balas dengan cengiran. Kemudian dia ngelirik Bang Miko. "Sampe jam berapa kita disini, Bang?"
"Sampai jam 8 aja, markas gak boleh lama-lama ditinggalin."
"Baru juga dateng udah ngomongin pulang," ujar gue sebal.
Della menunjuk, "Tuh siapa coba yang kangen? Lo, kan?"
"Sayang, udahlah," kata seseorang.
Bukan Heksa. Jangan mengharap panggilan kayak gitu bakal keluar dari mulut dia. Pandangan orang-orang pun beralih sepenuhnya, ke Nata. Sedangkan Della yang ada di sebelahnya langsung merona.
"Waduh, apaan nih sayang-sayang?" celetuk Cellin.
Jauh dari malu, Nata malah merangkul Della dengan girang. "Tebak dong, kita udah apa?"
"Apa emang?" Daniel mengerutkan kening bingung.
"Kalo sayang-sayangan artinya udah apa?" pancing Nata.
"Sudah jadian?" Malah Heksa yang menjawab.
"Benar!" konfirmasi Nata. Matanya menyala-nyala dengan semangat.
Gue mengaga, agak kaget. Walau yakin Nata sama Della emang saling suka dan bakal bersama pada akhirnya, tapi mengetahui hal itu terwujud seolah merupakan kejutan. Gue ikut senang!
"Nata bisa diem, gak? Jangan malu-maluin gue." Della menyorot galak.
Tapi cowoknya malah cengar-cengir. "Apa? Katanya udah sepakat mau panggil 'sayang'."
Della makin memerah. Susah membedakan dia kesal atau salting. Gue ngakak sendiri.
"Nanti aja mesra-mesraannya," interupsi Bang Miko. Suasana yang barusan dipenuhi ketawa geli jadi tiba-tiba beku. Semua menatapnya penuh tanda tanya. Terus, dengan santai Bang Miko malah bilang, "Sekarang pajak jadiannya dulu."
Seketika humor kita pecah. Gak nyangka Bang Miko tau soal PJ segala. Bukan apa-apa, dia kan selama ini ngurus markas, gak kelihatan dekat sama cewek juga. Eh ternyata gak kudet-kudet amat.
KAMU SEDANG MEMBACA
REMBAS [Tamat]
RomanceCover by @achielll ________________________________ (Spin off dari 'Halaman Terakhir') Catatan : Mengandung kekerasan dan kata-kata kasar. Apakah ada orang yang seneng di drop out dari sekolah? Ada, jawabannya adalah gue. Tapi di DO dengan keadaan...