Gadira [part38]

113 28 41
                                    

Tidak ada wanita yang bisa menerima,
Jika pasangannya terlalu dekat dengan wanita lain.

-o0o-

"Ma," Adira mencari kesegala penjuru rumah tetapi ia tetap tidak menemukan mamanya. Ia berjalan menuju kebun belakang rumah yang sekarang ia tempati.

Sampai matanya menemukan punggung Mamanya yang sedang duduk menyendiri di belakang rumah.

"Mama," panggil Adira membuat Seren tersadar dari lamunannya.

"Mama ngelamun?" tanyanya.

"Enggak, Mama ngeliat bunga disini kok masih bagus-bagus ya padalhan udah lama banget," alibinya.

"Yakin?" tanyanya lagi. "Mama enggak bohong kan?"

"Enggak lah," jawab Seren mengalihkan pandangan.

Sejenak tak ada yang membuka percakapan antara kedua anak dan ibu tersebut, keduanya saling diam melihat tanaman yang dlu di tanam oleh mendiang kakek dan neneknya.

"Sebentar lagi kamu ujian ya?" tanya Seren membuka percakapan.

"Iya, dua minggu lagi." Adira memelankan suaranya ketika mengingat dua minggu lagi ia akan menghadapi ujian.

Seren menoleh, "Jadi, secepatnya kamu harus balik ke Bandung."

"Gak!" tolak Adira cepat.

"Adira mau disini sama Mama," Seren tersenyum mendengar ucapan Adira.

"Trus ujian kamu?" tanyanya pasalnya ia sangat tau Adira adalah anak yang memiliki segudang cita-cita.

"Mama bisa jaga diri disini, kamu balik nanti sewa apartemen disana. Fokus ujian, fokus kecita-cita kamu," ujar Seren.

"Tapi Mama?" tanya Adira ragu.

"Gapapa, semua baik-baik aja kok,"

Ucapan Mamanya membuat Adira semakin tak yakin, tapi ia juga tak bisa menolak ia harus segera menyelesaikan ujiannya, ia harus pokus ke masa depan ia tak boleh terkurung dalam keterpurukan.

"Ra," Adira menoleh begitu juga dengan Seren, mereka melihat satu sama lain.

"Kuatin diri sekuat-kuatnya, jangan hanya berpura-pura, kehidupan itu nyata, masa sulit itu ada, jatuh dan mungkin terinjak," Seren menatap hangat Adira yang setia memerhatikan.

Ia tak ingin apa yang ia rasakan sekarang akan terulang dan dirasakan oleh anak gadisnya, ia tak bisa membayangkannya. Sedewasa apapun Adira ia tetap anggap Adira  gadis kecil di matanya.

"Fokus sekolah ya, jangan mikirin jodoh," ujarnya di akhiri kekehan.

"Mana mungkin Adira mikirin jodoh," balas Adira dengan nada merajuk. Bisa-bisanya Mamanya berbicara seperti itu padalhan tadi sudah sangat serius.

"Jangan seperti Mama ya, jangan suka menaruh harapan ataupun ekpektasi ke orang lain dan akhirnya bisa membuat kamu kecewa,"

Adira tersenyum secara tak langsung mamanya hanya ingin ia aman, tak mau apa yang Mamanya alami terulang olehnya.

"Mama jangan khawatir, Adira bisa kok jalanin ini semua. Namanya hidup banyak cobaan kalo dikit namanya cobain." Adira menyelipkan sedikit gurauan.

GadiraWhere stories live. Discover now