KESEMPATAN DI PAGI HARI

547 77 8
                                    

Jangan lupa tinggalkan jejak ya sahabat:)

Happy Reading

***

"Tunggu sebentar," Seokjin berjalan keluar dari kamar Irene entah mau kemana. Meninggalkan si gadis yang sudah duduk manis diatas ranjang.

"Boleh tidak sih menggoda sedikit?"

Astaga, ini Irene ajaran siapa sih sebenarnya? Kenapa bisa segila ini. Mama diharapkan untuk memasang kerangkeng pada setan, iblis atau semacamnya yang ada ditubuh anak gadisnya supaya tidak berulah.

"Tapi kalau dia sudah ada gandengan bagaimana? Aku tidak mau jadi pelakor, nanti kena karma yang dibayar kredit oleh Tuhan," berucap asal seperti orang gila, Irene menatap kakinya yang masih mengeluarkan darah. Berdenyut sih, perih juga tapi ya masih bisa ditahan.

"Maaf lama."

Seokjin muncul dan langsung duduk bersila dihadapan Irene yang hanya diam memandang garis kontur wajahnya, huhu... tidak ada celah untuk type idaman semua kaum hawa.

"Tahan ya, kalau sakit bilang saja," meletakkan kaki Irene diatas pangkuannya, mulai mengeluarkan catut yang entah apa namanya Irene tidak tahu.

"Wait! Ini pecahan gelasnya langsung mau diambil begitu saja? Tidak ada pakai bius?" kali ini bukan ada niatan merayu, tapi Irene benar-benar horror. Itu ada yang tertancap dalam di kakinya dan pasti sangat sakit kalau dicabut.

"Jangan cengeng, ini hanya luka kecil," ucap Irene menatap sejenak Kyla setelahnya kembali fokus pada telapak kaki wanita itu.

'Seokjin bajingan! Baru tadi pakai nada lembut sekarang sudah datar lagi. Dasar bunglon!' Irene memaki dalam hati disertai raut datar.

Bugh!

Ini anak gadis mau diobati malah tidur telentang di atas ranjang, benar-benar tidak sopan.

"Bukannya berniat tidak sopan, tapi aku sedikit ngeri melihat darah jadi obati saja pelan-pelan," bersuara tanpa menoleh sedikitpun pada Seokjin, memilih menatap plafon kamar. Irene menggigit bibir bawahnya guna menahan teriakan yang bisa saja membuatnya malu dihadapan pria tampan jelmaan dewa Eros.

Saat catut yang tadi Irene lihat terasa di kakinya, tangan gadis ini langsung meremas kuat seprai. Mencoba untuk menahan kalau sakitnya nanti kelewatan. Nyatanya memang benar, cabutan beling di kakinya benar-benar terasa ngilu sampai harus menggigit bibir kuat.

"Teriak saja kalau sakit." Seokjin mengerti maksud ekspresi Irene, menggelengkan kepala melihat tingkah gadis itu yang berbaring diatas ranjang.

"Aku tengah menahan gengsi tau untuk berteriak, jadi obati saj... AKH!!!"

Keluar sudah teriakan membahana milik Irene saat Seokjin tanpa ada hati nurani mencabut sisa beling yang tertancap. Gadis ini bangun dari telentangnya dan menatap Seokjin horror.

"Kamu sengaja ya!" bentak Irene.

"Tidak," sanggah Seokjin masih menatap fokus kaki dihadapannya, enggan menatap Irene yang mungkin dikepalanya sudah keluar asap.

"Kalau tidak ikhlas mengobati keluar saja sana! Aku bisa sendiri."

Tuk!

Seokjin melepas catut besi yang dipegangnya, menatap Irene dengan pandangan datar. Ini gadis satu memang tidak ada syukur-syukurnya diobati.

"Tidur saja lagi, tunggu kakimu selesai."

Pada dasarnya Seokjin memang malas meladeni ya jadi lebih memilih lanjut mengobati, mulut panci robek Irene kalau dibalas tidak akan ada habisnya. Tangan pria ini membersihkan bekas darah yang mengalir, memberikan obat kemudian membalut luka Irene dengan perban.

After Meet YouHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin