𝐯. 𝐰𝐚𝐫𝐦𝐭𝐡

241 42 8
                                    

"[Name], mau makan siang apa?"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"[Name], mau makan siang apa?"

"Gak tau,"

"Mau nasi kare?"

"Terserah Keiji saja."

Alis Akaashi bertaut, pasalnya kekasihnya hari ini irit sekali berbicara. Dirinya pun cukup yakin tidak membuat kesalahan apapun, karena dari kemarin-kemarin [Name] masih ceria-ceria saja. Setelah mereka berdua duduk di bangku panjang kantin pun, [Name] masih diam. Ia menyendok makanannya dengan tidak nafsu.

"[Name], apa aku ada salah?" Akaashi memberanikan diri bertanya. [Name] tidak menatap dan malah memainkan makanannya dengan sendok, "Tidak ada kok," tapi Akaashi yakin sekali ada hal yang dia lewatkan dari gadisnya. Hanya saja ia belum bisa menebak apa itu.

"HEY HEY HEY!! Akaashi, [Name]!!!" Tiba-tiba laki-laki tinggi bersurai dwi warna menghampiri mereka dengan membawa nampan yang berisikan makan siang miliknya. Lalu tanpa disuruh ia duduk disebelah Akaashi.

[Name] menghela napas kasar─Akaashi tak paham untuk siapa helaan napas tersebut ditujukan. Apakah untuk Bokuto yang tiba-tiba mengganggu momen makan siang mereka yang damai, atau karena dirinya sendiri yang masih tidak bisa menerka permasalahan sang gadis saat ini. "Keiji, Bokuto-san, aku ke kelas duluan ya."

"Makanannya tidak di habiskan?" Akaashi bertanya setengah khawatir, karena makanan yang [Name] suapkan ke mulutnya tidak lebih dari seperempat piring. Gadis itu menggeleng, "Tidak, aku sudah kenyang." dan seorang [Fullname] pun berlalu meninggalkan dua pria berstatus kakak dan adik kelas di Fukurodani tersebut.

"hm? apwah kawh berbwat salwah phadwah whame?" Bokuto berusaha berbicara dengan mulutnya yang penuh dengan makanan. "Bokuto-san, telan dulu baru bicara." ucap Akaashi dan mendapat kekehan kecil dari sang ace Fukurodani. "Apa kau berbuat salah pada [Name]? Dia tidak seperti biasanya, aku seperti melihat orang lain!"

"Sejauh yang aku ingat, tidak ada. Lagipula kemarin dia masih baik-baik saja di depanku," Akaashi melanjutkan makan siangnya, "Atau mungkin kau lupa hari spesial kalian? Misalnya hari jadi pernik─"

"Kami belum menikah, Bokuto-san." Akaashi menggeleng kepalanya pelan, kembali menyuapkan sesendok makanan ke dalam mulutnya sambil terus memaksa otaknya untuk mengingat-ingat hal yang bisa membuat seorang [Name] badmood.

Karena seperti yang kita ketahui, Akaashi sudah kelewat hafal dengan apapun tentang gadisnya. Hal yang ia sukai, hal yang dia benci, film yang bisa membuatnya menangis, dan lain-lain. Tipe pacar yang sangat mengerti keadaan dan mampu menafsirkan apa yang harus dia lakukan untuk tetap membuat gadis bermarga [Lastname] itu bahagia.

"Perempuan sepertinya memang sulit di pahami ya! Apalagi kalau sedang datang bulan, Yukippe saja kalau sudah waktunya pasti ngamuk-ngamuk di kelasku. Yah meskipun dia setiap hari juga memang galak," Bokuto melanjutkan ocehannya soal wanita, dan berterima kasihlah padanya karena pada akhirnya Akaashi ingat tanggal berapa hari ini.

every inch / akaashi keijiWhere stories live. Discover now