Bagian 6 : Baikan

4.9K 510 33
                                    

"Pah, kita masih marahan yah! Masih marah Arvie yah sama Papa

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Pah, kita masih marahan yah! Masih marah Arvie yah sama Papa."

🍁🍁🍁

Rasa ingin menonton TV Arvie hilang. Dia mulai beranjak ingin pergi. Dengan cepat Sebastian mencekal pergelangan tangan anaknya.

"Nak, tolong kasih Papa waktu buat ngomong. Kalo kamu asik pergi tiap Papa mau ngomong, kamu juga sama aja egois..."

"...Papa minta maaf, Arvie." ucap Sebastian tulus, anaknya dia peluk erat. Arvie yang diperlakukan seperti itu memberontak. Tapi Arvie merasa pelukannya tambah erat, makin tidak bisa si Arvie itu melepaskan diri dari pelukan Sebastian. Ditambah badannya yang sedikit lemas efek kelamaan tidur siang dan kebanyakan menangis.

"Lepas." seru Arvie.

"Gak, dengerin Papa... Kasih Papa kesempatan Arvie. Papa tau sikap Papa ke kamu egois-"

Dengan sekuat tenaga Arvie akhirnya bisa lepas dari Papahnya.

"Kesempatan apalagi sih?! Sadar ga sih Pa, aku dah kasih Papa banyak kesempatan dulu tapi ga pernah digunain!" matanya menatap nyalang sang Papah.

Mencelos hati Sebastian ditatap seperti itu oleh anaknya.

'Sekecewa inikah Arvie?'

"Papa minta maaf, kasih Papa kesempatan sekali lagi dan Papa janji buat ga sia-siain kesempatan ini."

"Janji Papa itu cuma dikecap dimulut doang, kapan Papa nepatin janji? Arvie udah bukan bocah umur lima tahun yang masih bisa dibohongin." napas remaja itu tersengal-sengal, emosinya kembali membuncah mendengar Papahnya mengucap kata janji. Janji yang kesekian kalinya.

Hari ini tenaganya terkuras habis menghadapi sang Papah. Sampai akhirnya Arvie jatuh ambruk. Dia pingsan, saat Sebastian akan berbicara. Untung dengan reflek bagus Sebastian berhasil menangkap tubuh kurus anak itu. Opa Gibran yang memang memperhatikan sedari tadi dari jauh anak Ayah itu beradu argumen untuk kesekian kali, berlari menghampiri tubuh terkulai cucunya.

"H-heii.. Arvie bangun, Arvie. Jangan bikin Papa takut sayang." mata Sebastian berembun, bibirnya bergetar melihat putranya pucat pasi.

"Arvie, nak bangun hei.." ujar Opa yang baru datang dan langsung mendekat ke sang cucu. Sebastian berusaha membangunkan Arvie yang berada dipangkuannya.

Opa Gibran dengan cepat berinisiatif memanggil Aji.

"AJII!" teriakkan Opa menggema ke seluruh penjuru ruang. Aji si pengawal pribadi datang tergopoh-gopoh.

"Tuan.."

"Aji cepat siapkan mobil, kita ke rs sekarang!" perintah tegas Opa Gibran. Aji langsung saja berlari menuju garasi.

Tangan kiri Sebastian ia selipkan di bawah tengkuk Arvie dan tangan kanan yang berada di bawah kedua lutut putranya, lalu membopong tubuh itu cepat.

When Your Father Was a SuperstarWhere stories live. Discover now