Bagian 12 : Sekolah

2.6K 274 13
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


'Ar-vie...'

🍁🍁🍁

"ARGGHHH... AMPUN! AMPUN!! JANGAN APA-APAIN GUE WOIII!" Arvie berteriak saat merasa cengkraman itu bertambah kuat.

Remaja cowok itu sontak berjongkok dengan kedua tangan yang menutupi telinganya masing-masing. Matanya terpejam erat dengan bibir yang merapalkan kalimat yang tidak jelas didengar. Dia sangat ketakutan sekarang, masih mending jika yang mencengkramnya itu manusia, kalo setan bagaimana? Ughh.. Arvie tidak mau itu terjadi.

"Eh-ehhh... Vi, ini gue heh!" ujar seseorang yang ternyata adalah si pelaku. Dirinya berusaha menenangkan Arvie yang masih histeris dengan tangan yang menepuk-nepuk pundak Arvie.

Tapi sepertinya Arvie tidak mendengarnya. Dia masih menutup matanya erat. Badannya juga ikut bergetar ketakutan.

"Ehh monyet! Lu apain si Arvie hah?!" dari arah belakang muncul seseorang dengan tergesa-gesa.

"Gak gue apa-apain kok, Daf..." ujar si pelaku, namanya Nevan. Sedangkan yang baru datang namanya Daffin.

"Halahhh, tuh muka minta gue bogem? Lu apain anak orang??!" Daffin berjongkok, dia berusaha memanggil Arvie. Tangannya juga berusaha melepas cekalan kuat ditelinga remaja tersebut.

"Gu-gue cuma ngerjain dikit..." ujar lirih Nevan. Menjadi merasa bersalah dia sudah membuat Arvie seperti ini pagi-pagi.

Daffin mendengus sebal, "Ngapain siii ngerjain anak orang segalaaa, kalo ketahuan induknya kan bisa berabeh..."

"Ya-ya maaf.. Lagi gue ga tau kalo responnya bakalan gini." Nevan menunduk sejenak setelah berujar seperti itu, lalu ikut berjongkok guna memenangkan Arvie.

"Arvie, ini gue Daffin... Tadi itu Nevan, Vi..." ujar lembut Daffin sembari menangkup wajah remaja di depannya.

"Tangannya lepas ya, nanti kalo sampe merah terus ketahuan Om Bas kamu malah bakalan kena marah." bujukan Daffin akhirnya didengar oleh Arvie.

Wajah yang tadinya menunduk itu perlahan mendongak. Matanya mulai terbuka. Terlihat mata yang kemerahan dan sedikit sembab itu. Daffin menyambut dengan senyum hangat.

"Jadi tadi itu Nevan? Bukan Mbak Yu?" tanya lirih Arvie dengan sedikit sesenggukan. Daffin tersenyum kembali, lalu menggeleng pelan.

For your information, Mbak Yu itu hantu legend di sekolah Arvie. Pasti setiap warga sekolah tahu kisah tentang hantu Mbak Yu ini. Bahkan, warga sekitar sekolah juga mengetahui akan sosok si Mbak Yu. Dan Arvie sendiri bisa dikatakan dia sangat takut terhadap semua yang berhubungan dengan makhluk gaib. Jadi wajar jika dia sampai ketakutan seperti itu tadi.

"Iya, itu Nevan tadi."

Wajah yang tadinya ketakutan dan sembab itu berubah menjadi penuh kekesalan dan rasa marah. Ia melihat ke arah samping, tepatnya pada Nevan si pelaku. Nevan berjengit kaget dibuatnya. Tanpa aba-aba Arvie mencengkram kerah baju Nevan sehingga membuat mereka berdua berdiri.

When Your Father Was a SuperstarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang