Bagian 5 : Masih Marahan

5.4K 539 23
                                    

"Eummm

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Eummm.." gumam tak jelas Sebastian.

Dia terbangun, matanya melirik ke jam dinding di depannya. Pukul 16.25, yang artinya dia sudah tertidur selama satu setengah jam. Sedikit melakukan peregangan tubuh si Ayah satu anak itu. Lantas setelah itu Sebastian baru sadar jika di sampingnya Arvie masih tidur. Putranya itu tipe orang yang gampang tidur susah bangun, jika tidak dibangunkan jangan harap Arvie bakalan bangun sendiri. Susah bangun sendiri dia, kalo pun iya pasti ia terbangun karena lapar atau panggilan alam saja.

Sebelum membangunkan Arvie, Sebastian pilih untuk mandi terlebih dulu. Masalah baju dia tidak perlu repot mengambil ke rumahnya, di sini sudah tersedia lengkap miliknya begitu juga Arvie.

Kurang lebih tiga puluh menit Sebastian habiskan untuk mandi. Dia mandi di kamar mandi yang ada di kamar Arvie, sekalian juga ia pinjam baju milik anaknya itu. Ingin ke kamarnya sendiri tapi sekatnya jauh nanti jika ke sana keburu Arvie bangun. Sebastian memakai kaos Arvie yang size-nya paling besar, tapi tetap saja dibadannya ketat. Lumayan memperlihatkan tubuh atletisnya.

Acara bersih-bersihnya sudah selesai, Sebastian melangkah ke tempat putranya yang masih tertidur bersamaan dengan Opa Gibran yang masuk ke kamar.

"Kamu habis mandi?" tanya si Opa.

"Baru selesai inih."

"Ini udah sore, bangunin Arvie. Dia tidur udah kelamaan entar takutnya bangun-bangun dia jadi pusing." setelah menyuruh Sebastian membangunkan Arvie, Opa Gibran langsung melengos pergi.

"Arvie... Bangun yuk udah sore." ucapannya lirih biar tidak terlalu mengejutkan Arvie.

Remaja enam belas tahun yang beberapa bulan lagi berulang tahun itu malah masih anteng. Tenaga ekstra sepertinya harus Sebastian keluarkan.

"Arvie.., nak bangun yuk itu Opa udah manggil kamu. Kalo ga bangun juga nanti mau dibangunin Opa, hm?"

Bukannya bangun Arvie malah pindah posisi memunggungi Papahnya. Sebastian yang melihat kelakuan Arvie cengo, sesusah ini membangunkan Arvie ternyata. Maklum, dia tidak pernah sebelumnya. Membangunkan Arvie setiap hari adalah tugas kepercayaan Sebastian yang menjelma sebagai pengasuh Arvie. Siapa lagi jika bukan Jensen.

Kali ini Sebastian mencoba meninggikan suaranya, siapa tahu didengar.

"Arvie. Bangun udah sore, Nak. Kamu udah kelamaan tidur, pusing entar loh." jadi misuh-misuh sendiri Sebastian itu.

"Ishhh, apasih?!" kesal yang baru bangun alias si Arvie. Dengan sangat tidak rela remaja labil itu membuka mata, dan ternyata sang Papah yang membangunkan.

"Loh hehh?! OPAAA." Arvie baru bangun langsung teriak, kesal saat melihat sang Papah di sini. Ingat, dia masih marah pada Sebastian.

"Arvie, gausah teriak."

"OPAAA."

Menulikan telinga dari ucapan Sebastian, Arvie terus berteriak memanggil Opa Gibran. Beberapa saat kemudian dari arah pintu terlihat pria yang sudah berumur datang terburu-buru.

When Your Father Was a SuperstarWhere stories live. Discover now