SALAH PAHAM

6.7K 539 15
                                    

Seorang pria berjas formal warna hitam sedang memasuki ruangan mewah yang berada di lantai tiga. Tujuannya adalah untuk menjumpai abangnya tercinta atas kepulangannya dari luar kota berminggu-minggu lamanya.

Orang tersebut adalah Vano Wijaya, adik dari bos pemilik perusahaan ini. Ia termasuk orang yang mudah bergaul dan suka bercanda, apalagi mengganggu abang satu-satunya itu. Lihat saja nanti bagaimana ekpresi abangnya saat melihat adiknya tiba-tiba datang.

"Hai, good morning brother," sapa Vano saat ia memasuki ruangan bos besar, sementara yang disapa hanya memasang muka datar.

"Ngapain lo kesini?" ketus Sean. Ia bukannya tidak senang dengan kehadiran adiknya, tapi ia tau kalau Vano pasti akan mengganggunya.

"Wow... Selow dong sweety. Biasa aja gak usah ngegas gitu." Vano mulai menjahili Sean.

"Sweety, sweety! Lo kira, gue ini pacar lo? Baru datang aja udah buat gue naik tensi, apalagi kalau berjam-jam sama lo disini? Pulang aja sana." Sean mengusir adiknya sendiri keluar dari ruangannya.

DASAR ABANG GAK ADA AKHLAK!

Vano bukannya marah ataupun sakit hati karena ucapan abangnya barusan, ia malah terkekeh dan semakin mendekat ke arah abangnya tersebut. Sudah lama sekali ia tidak menjahili seorang Sean yang cukup disegani dan ditakuti oleh banyak orang.

"Jangan gitu dong, brother... Masa adik kesayangannya baru pulang udah main diusir. Beri sambutan manis kek, apa kek, atau cipika-cipiki gitu juga boleh." Vano menaik turunkan kedua alisnya seperti sedang merayu seorang wanita.

"Gila lo, cabut lo sana! Mau muntah gue liat ekpresi menjijikkan gitu." Sean mulai merasa kesal dengan adiknya ini. Biasanya ia disegani, sekarang malah digodain layaknya seperti seorang gadis.

"Jangan gitu dong sweety... Kita udah berminggu-minggu loh gak ketemu. Gue tau, pasti lo kangen kan sama kecerian dari seorang Vano?"

"Amit-amit gue kangen sama lo, malah gue senang lo jauh dari sini. Kenapa lo musti balik lagi sih? Kenapa gak sekalian aja tinggal disana selamanya?" Sean memang ceplas-ceplos kalo ngomong sama adiknya ini.

"Emm... Tadinya sih, mikir gitu juga untuk tinggal lama disana. Tapi, mana mungkin abang kesayanganku ini bisa hidup tanpa adiknya yang tampan ini." Vano mendekat ke arah Sean seperti ingin memeluknya.

"Heh, heh, mau ngapain lo? Lo jangan macam-macam ya, gue tendang juga nanti Vano junior itu," ancam Sean.

"Lo tuh kayak anak perempuan mau diperawanin ya? Gue kan cuma mau minta peluk aja, apa susahnya sih?" Sean sudah susah payah menghindar tapi dengan cepat, Vano berhasil memeluk abangnya dari samping.

"Astaga, Vano lepasin gue! Nanti kalau ada karyawan yang liat, bisa jatuh harga diri gue." Sean berusaha memberontak tapi Vano malah pantang menyerah menjahili abangnya.

Gara-gara kejahilan Vano, pekerjaan Sean jadi terabaikan padahal biasanya pekerjaannya itu adalah yang paling utama di dunia ini. Inilah alasan dari Sean tidak menyukai kehadiran dari adiknya yang selalu saja hobi mengganggunya.

"Vano, lepasin gue!" Sean benar-benar kesal kalau situasinya seperti ini.

"Gak mau, gue udah terlanjur nyaman peluk babang tamvan ini." Vano sempat tertawa ngakak melihat ekspresi abangnya.

Begitulah posisi mereka sampai beberapa menit yaitu berpelukan tapi berbeda perasaan. Satu senang dan satunya lagi malah kesal. Vano itu seakan ingin mencium abangnya sendiri, bahkan posisi mereka ini bisa dikatakan intim. Tanpa mereka sadari, ada sesuatu yang akan terjadi serta membuat harga diri mereka jatuh seketika.

BOS BAR BARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang