KASIH SAYANG

4.2K 455 90
                                    

Sean masih menangis sedih sembari memperhatikan api yang sangat besar terus membakar habis gudang di hadapannya. Ia bukan menangis karena gudang miliknya terbakar, tapi istrinya ada di dalam sana dan membuatnya sangat takut kehilangan wanitanya.

"Lidya..." Sean menutup wajahnya dengan telapak tangan sambil menangis sesegukan.

Benteng pertahanannya sudah hampir runtuh. Pak bos sudah tidak sanggup lagi mengimbangi badannya. Orang-orang di sekelilingnya sibuk membantu petugas kebakaran, Robi juga sibuk dan memastikan bahwa istri bosnya baik-baik saja.

Namun, ada sesuatu yang janggal dan ada pula seseorang yang menepuk bahu Sean dari belakang hingga membuatnya sedikit terganggu.

"Cok, berkasnya yang ini bukan?"

Suara itu sepertinya tidak asing. Karena dirinya masih terisak, jadinya agak sulit mengenali suara tersebut. Dengan rasa penasaran, Sean membalikkan badannya dan melihat siapa orang itu.

"Kamu kenapa jelek dan berantakan gini, Cok? Habis mulung di mana?" orang yang bertanya pada Sean malah memasang muka polos.

"Li-Lidya?" suara Sean bergetar saat menyebut nama istrinya, lalu membawa tubuh mungil itu ke pelukannya.

"Kamu ke mana aja sih? Kamu bikin aku khawatir. Aku--aku takut kehilangan kamu." pelukannya semakin erat, mengisyaratkan kalau Sean sangat takut kehilangan istrinya.

"Jangan gini lagi, Lidya. Aku bener-bener takut. Dari tadi, aku seperti orang gila yang terus menangis. Ku mohon jangan tinggalkan aku."

Lidya juga bingung kenapa tiba-tiba saja si Ucok ini berubah jadi cengeng.
"U-ucok, kamu kenapa sih? Aku nggak bisa napas nih!"

Dengan berat hati dan masih dalam keadaan menangis, Sean melepaskan pelukannya. Pria itu memperhatikan istrinya dari atas sampai bawah, memastikan bahwa wanitanya baik-baik saja.

"Kamu gapapa kan? Ada yang luka nggak? Ada yang cedera parah nggak? Atau ada lecet karena terbakar?" tanyanya bertubi-tubi.

"Aku gapapa loh Ucok. Harusnya aku yang nanya. Kamu ini kenapa sih tiba-tiba nangis sedih?"

"Aku khawatir sama kamu. Aku juga takut kehilangan kamu."

"Takut kehilangan? Emangnya aku kenapa?"

Kembali memeluk istrinya adalah pilihan Sean agar dirinya jadi tenang. Hampir saja ia kehilangan sebagian nyawanya akibat rasa khawatir luar biasa.

"Mbak Lidya? Mbak Lidya baik-baik saja kan?" tanya Robi yang datang dengan tergesa-gesa.

"Iya. Saya baik-baik aja. Tapi, sebenarnya ada apa sih? Kenapa semuanya kacau gini?"

"Jadi begini, Mbak. Salah satu gudang kantor telah sengaja dibakar. Gudang yang dibakar itu adalah tempat di mana Mbak ada di dalam sana."

"Maksudnya, gudang yang sebelah kanan itu yang kebakaran?"

"Benar sekali, Mbak. Makanya pak Sean sangat syok karena menurutnya, Mbak masih ada di dalam sana."

Sekarang Lidya mengerti kenapa si Ucok terus saja menangis dan memeluknya kelewatan erat. Ternyata suaminya ini sangat khawatir padanya.

"Tapi pak Sean dan Mbak Lidya tenang saja. Saya akan menyelidiki kasus ini secepatnya dan menangkap siapa dalang di balik semua ini. Saya juga berhasil mendapatkan bukti CCTV. Dengan begitu, kasus ini akan mudah diselesaikan," jelas Robi.

Pak bos menatap Robi penuh kepercayaan "Saya percayakan semuanya ke kamu. Tolong selesaikan kasus ini secepatnya, agar saya bisa penggal kepala pelakunya."

BOS BAR BARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang