17. Benar-benar Terjadi?!

29.4K 3.2K 272
                                    

Motor Reyhan berhenti ketika dirinya sudah sampai di rumah. Ia memarkirkan motornya di garasi terlebih dahulu.

"Assalamualaikum," salam Reyhan ketika sudah sampai di dalam rumah.

Di ruang tamu keluarganya sudah berkumpul, sepertinya sedang menonton siaran televisi, lebih tepatnya yang menonton televisi adalah Aya, karena film yang sedang terputar adalah film kartun dengan poni khasnya.

"Waalaikumussalam."

"Abang!" teriak Aya ketika melihat Reyhan yang sedang berjalan menghampirinya.

Reyhan merentangkan kedua tangannya menyambut pelukan Aya. Ia tersenyum tipis, lalu mengajak Aya untuk kembali bergabung bersama orang tuanya.

"Nanti kamu pakai baju yang sudah mami kamu siapkan, ya. Bajunya sudah ada di kamar kamu," ucap Papi-nya memberitahu.

Reyhan manautkan kedua alisnya pertanda bingung. "Baju apa?" tanyanya.

"Baju yang harus kamu pakai nanti, Rey. Acaranya habis Maghrib, sana kamu siap-siap dulu," suruh Mami-nya.

Reyhan mengangguk lalu melepaskan Aya yang sedari tadi duduk di pangkuannya.

"Abang, mau kemana?" tanya Aya.

"Ke kamar, Aya sini aja." Setelah mengucapkan seperti itu Reyhan langsung berlalu ke kamarnya meninggalkan kedua orangtuanya dan Aya.

Setelah mengunci pintu kamarnya, Reyhan membaringkan tubuhnya di kasur kesayangan. Pandangannya menatap langit-langit kamar. Memikirkan ada hal apa yang orang tuanya rencanakan.

Reyhan berjalan ke arah lemarinya, lalu mengambil baju yang tadi dimaksud oleh kedua orang tuanya. Dahinya mengernyit.

Acara apa, sih? batin Reyhan bertanya-tanya.

Tak ingin berlama-lama larut dalam pikiran, Reyhan segera beranjak berjalan ke arah kamar mandi, membersihkan tubuhnya yang dirasa sudah sangat lengket.

***

"Putri!" panggil Lina sembari mengetuk pintu kamar Putri.

Putri masih diam di kasurnya. Tidak ada niatan untuk membuka pintu. Ia tidak ingin rencana itu benar-benar terjadi. Malam ini, malam yang seharusnya sudah ia rencanakan dengan baik sirna begitu saja. Digantikan dengan malam yang menurutnya malam terburuk.

Ayolah, bayangkan saja. Apa Putri tidak laku? Sampai-sampai ka harus dijodohkan seperti ini? Jaman sudah canggih, sekarang bukan lagi jamannya Siti Nurbaya.

Sungguh dirinya sangat kesal, apa yang dipikirkan oleh kedua orang tuanya, sehingga membuat rencana seperti ini?

"Putri, kamu keluar dulu, jangan kayak gini dong, sayang," pinta Lina berusaha sabar.

Putri muak, sungguh. Kenapa dirinya yang harus dijodohkan? Kenapa tidak Eza saja? Padahal kan umur Eza lebih tua darinya. Meski tidak terpaut jauh.

"Putri, sayang. Sini Mommy jelasin dulu, buka pintunya," bujuk Lina.

Lina masih setia menunggu agar Putri membukakan pintu kamarnya. Ini sudah Maghrib seharusnya Putri sudah harus bersiap-siap.

"Apa yang perlu dijelasin lagi?" tanya Putri dingin dan sedikit berteriak agar terdengar.

"Ada, banyak hal. Kamu buka dulu pintunya."

My Cold Husband [COMPLETED]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora