56. Peduli

33.3K 3.1K 540
                                    

Happy reading ! 🌻❣️

——————————————————————

"Dia hamil anak ... om-om. Kan, dia sering digilir, jadinya gak tau pasti anaknya siapa. Yang pasti, sih, anaknya bram," ucap Jesica, sambil menutup mulutnya yang terbuka lebar seolah terkejut dengan perkataannya.

"Bram-e-rame, hahaha!" sambung kedua temannya, lalu tertawa jahat.

Mendengar perkataan Jesica yang begitu lantang entah kenapa sedikit membuat Putri lega. Perempuan itu kira Jesica telah mengetahui semuanya, namun ternyata Jesica hanya ingin menjelek-jelekkannya. Tak bisa dipungkiri bahwa ia juga sangat kesal dengan Jesica, tangannya mengepal, berusaha menahan emosinya yang ingin meledak-ledak.

"Kenapa diem aja? Bener, kan?" tanya Jesica remeh.

Plak!

Suara tamparan yang sangat nyaring membuat semua murid-murid yang sedang bergosip menutup mulutnya terkejut, begitupun dengan kedua teman Jesica.

Jesica memegang pipinya yang terasa panas. Gadis itu menatap tajam pada orang yang telah menamparnya. Ia menggertakkan giginya kesal.

"Kenapa? Sakit? Mau marah, hah?!"

Jesica tersenyum remeh. "Kenapa jadi lo yang marah? Oh, apa jangan-jangan lo yang ngerasa? Sahabat lo aja diem tuh, artinya bener, dong."

"Jaga, ya, mulut lo! Busuk banget punya mulut. Tau dari mana dia begitu, hah? Punya bukti apa lo?"

Putri tercengang saat Audrey datang dan langsung menampar Jesica. Perempuan itu sangat senang, ternyata Audrey masih peduli padanya. Buktinya gadis itu tidak terima dirinya dijelek-jelekkan.

"Loh? Kenapa? Mulut-mulut gue, suka-suka, dong! Bilang aja lo takut kebusukan lo sama temen-temen lo kebongkar!"

"Kebusukan apa, hah?! Gue tau, nih, pasti semua yang lo ucapin itu fakta tentang diri lo? Pasti lo yang suka digilir, kan?" tanya Audrey menatap Jesica remeh. Gadis itu melipat kedua tangannya di depan dada.

Banyak pasang mata yang menatap ke arah mereka. Tak terkecuali Reyhan dan teman-temannya. Mereka juga sedikit terkejut melihat Jesica yang ditampar oleh Audrey.

Reyhan memperhatikan Putri sebentar, lalu kembali fokus pada ponselnya. Lelaki itu tak peduli dengan apa yang terjadi.

"Rey!" Reyhan kembali mengangkat kepalanya saat Rio memanggilnya.

Mereka sudah baikan, karena Eza telah menjelaskan semuanya kepada mereka. Dan mereka meminta traktiran sebagai bentuk permintaan maaf, Reyhan sama sekali tak masalah, lelaki itu langsung mengiyakan.

Satria dan Rio hanya saja sedih karena tidak bisa menyaksikan temannya menikah. Menikah sekali seumur hidup, bukan? Jadi, wajar saja jika mereka marah dan kecewa.

Reyhan mengangkat dagunya, seolah bertanya 'apa?'

Rio berdecak pelan. Lelaki itu tak habis pikir dengan Reyhan. Bisa-bisanya temannya ini santai saat istrinya sedang disudutkan seperti itu.

"Ck! Itu, istri lo tuh lagi dijelek-jelekkin sama nenek lampir!" tunjuk Rio ke arah kerumunan di mana Putri berada.

Reyhan hanya berdeham pelan. Lelaki itu masih punya mata, tak perlu Rio kasih tahu pun dirinya sudah tahu.

Eza ikut menatap sebal Reyhan. "Adik gue tuh, lo, kan, suaminya."

"Ada pacarnya," ucap Reyhan begitu santai.

"HAH?" Sontak ketiganya langsung terkejut. Mereka tak mengerti apa maksud Reyhan.

"Siapa, dah?" tanya Satria tak paham.

My Cold Husband [COMPLETED]Where stories live. Discover now