42. Senang-senang

48.7K 3.5K 1.2K
                                    

1k komen lagi, bisa? Bismillah, ya!

Siap ramaikan komentar?

Hati-hati ⚠️🌚

Happy reading ! 🌻❣️

—————————————————————

"Lama banget lo!"

"Ngapain?" tanya Reyhan setelah mendudukkan bokongnya di samping Eza.

Eza, lelaki itu sibuk minum sedari tadi, bukan hanya Eza, Satria, dan Rio pun juga ikut minum. Mereka tertawa-tawa, entah apa yang ditertawakan.

Suara dentuman musik DJ terdengar sangat keras di seluruh ruangan ini, lampu disko berkedip seirama dengan suara musik. Bau alkohol tercium jelas, bau itu memenuhi ruangan ini. Banyak yang menari-nari memamerkan lekuk tubuh indah mereka. Dan juga ruangan ini menggunakan lampu dengan penerangan yang minim. Membuat suasana menjadi terasa sangat pas.

Sekarang waktu sudah menunjukkan pukul 23.00 WIB, mereka sedang berada di salah satu club malam yang terletak di daerah kota Jakarta.

Rio tertawa. "Seneng-seneng, lah! Capek gue," ucapnya, lalu kembali meminum.

Satria ikut tertawa. Lelaki itu menyandarkan tubuhnya ke sofa, lalu meneguk segelas wine, lagi.

"Yoi, Bro! Minum, lah! Lama lo, Rey!" cibir Satria saat melihat Reyhan yang tak kunjung minum.

Lelaki itu meraih satu gelas wine, lalu memberikannya pada Reyhan. Reyhan lantas menerimanya dan meneguknya, ia juga butuh hiburan. Ia benar-benar pusing menghadapi pernikahan bersama Putri.

Mereka juga sudah lama tidak menginjakkan kaki mereka di tempat laknat ini. Kira-kira satu tahun lalu terakhir mereka ke sini. Mereka ke sini saat sedang pusing dengan berbagai masalah saja.

Di sini mereka juga tidak menyewa para wanita malam. Banyak yang menggoda mereka, namun sekuat mungkin mereka tidak melakukan hal yang tak sepantasnya. Mereka masih waras, mereka memang nakal, namun nakalnya itu tidak akan merusak wanita. Walaupun wanita itu sendiri sudah rusak, mereka tidak mau menambah rusak.

"Ada masalah apa lo, Sat?" tanya Eza sedikit berteriak. Suara dentuman musik yang keras membuat suaranya sedikit teredam.

Lagi-lagi Satria hanya tertawa, lelaki itu sudah meminum banyak wine. Kepalanya juga sudah terasa sedikit pusing.

"Biasa, bonyok gue!" balasnya, lalu terkekeh miris.

Mereka menatap Satria iba. Sorot mata lelaki itu tampak tak seperti biasanya, sekarang terlihat sangat lelah, dan juga terlihat sedang sedih. Ini bukan Satria yang mereka kenal.

Rio menepuk pelan pundak Satria. Lelaki itu mengajak cheers, Satria menanggapinya. "Lupain aja, Sat! Mereka emang suka egois! Tenang, kita di sini ada buat lo. Lo jangan jadi anak yang lemah, ya, Bro!"

Satria merangkul Rio, begitupun dengan Rio, keduanya saling rangkul-merangkul. Memang mereka tidak selalu akur, namun percayalah mereka saling menyayangi satu sama lain layaknya seorang saudara.

"Iya, lah! Ngapain gue sedih-sedih, gak guna! Hidup, tuh, dibawa happy aja!" Satria tertawa, sialnya tawa itu terdengar menyakitkan. Memang benar, mulut dan hati itu terkadang tidak sinkron.

Reyhan kembali memesan wine. Lelaki itu juga sudah larut ke dalam suasana, ia melupakan semua masalah-masalahnya. Dan ia juga melupakan nasihat Maminya yang pernah melarangnya untuk datang ke tempat ini.

My Cold Husband [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang