13.Sesal

9.3K 969 103
                                    

Selamat Membaca

Devan mempercepat langkahnya saat dirasa sudah memasuki area toilet sekolahnya. Netranya mengedar mencari keberadaan adiknya. Matanya tertuju pada salah satu bilik toilet yang tertutup. Tanpa pikir panjang ia langsung menggedor nya.

Tokkk.... Tokkk...

"Dede kamu di dalem!! de!! " Teriak Devan panik.

"Dede buka!! "

Merasa tak mendapat jawaban dari dalam ia langsung mendobrak pintunya.Tak peduli jika ia akan di marahi kepala sekolah karena merusak fasilitas sekolah.

Brakkk.....

Dalam satu dorongan pintu itu berhasil terbuka paksa dan Devan dibuat kaget saat melihat adiknya yang terduduk lemah di atas kloset. Dengan cepat ia menghampiri adiknya.

"Dede bangun de... "

Devan mengguncang tubuh adiknya pelan. Tubuh adiknya terasa begitu dingin mungkin efek terlalu lama berada di dalam toilet. Bercak darah terlihat di seragam adiknya. Ia menangkup wajah pucat adiknya.

Sungguh hatinya begitu terluka dengan keadaan adiknya. Maka dengan cepat ia segera menggendong adiknya dan membawanya ke UKS sekolah. Netranya menatap nanar tubuh lemah adiknya.

"Dede harus kuat ya jangan gini kakak mohon" Batin Devan sambil menitikkan air matanya. Tak peduli tatapan banyak orang di Koridor.Yang ada dipikirannya hanya lah segera membawa adiknya ke UKS. Ia tak ingin terjadi sesuatu yang buruk  pada adiknya.

"Maaf maaf de jangan gini"

🍭

🍭

Devan menatap wajah pucat adiknya yang terbaring lemah di ranjang UKS. Bercak darah masih ada di seragam adiknya. Di tangan adiknya tertancap jarum infus padahal ia tau betul betapa bencinya adiknya dengan barang itu.

Dan lagi entah keberapa kali ia gagal menjaga amanah bunda nya. Padahal bunda nya sudah begitu percaya padanya agar menjaga kesayangan mereka itu.

Tapi Devan sadar ia bukan orang yang begitu sabar jika di luar rumahnya. Emosinya kerap kali mengendalikannya dirinya. Padahal adiknya ini sama sekali di kasari.

"Dede maaf ya gara gara kakak kamu jadi gini" Devan mengusap lembut surai adiknya.

Ini sudah setengah jam dan adiknya belum juga membuka matanya. Ia jadi khawatir. Bagaimana jika terjadi hal yang buruk pada adiknya??

"Jangan buat kakak gagal jagain kamu de"

Devan memejamkan matanya menahan mati matian air mata yang sudah mengumpul di pelupuk matanya. Ia selalu lemah jika sudah berhadapan dengan adiknya.

"Bund...." Suara erangan lirih mampu membuat Devan memusatkan perhatiannya pada adik kecilnya.

"Dede" Gumam Devan lega.

"Bunda.... " Panggil Aska lagi pelan.

Devan tersenyum lembut kebiasaan yang ia tau dari bunda mereka. Adiknya ini akan sangat manja kepada bunda mereka. Ia mengecup lembut kening adiknya. Dan membantu adiknya duduk bersandar di kepala ranjang.

Little Brother (End) Where stories live. Discover now