32.Sebuah Pukulan

4.7K 541 49
                                    

Selamat Membaca







"

Gue salah satu orang yang bully Aska dulu"

Ucapan tegas dari pemuda di hadapan nya membuat Arka tersentak. Netra nya berubah merah raut nya yang tadinya begitu tenang berubah menegang. Dada nya bergemuruh hebat seolah amarah nya biasa keluar kapan saja tanpa ia minta.

"Turunin Aska dari gendongan lo." Titah Arka dingin.

"Aska baru tidur kasian kalo dia kebangun lagi." Devan mengeratkan tubuh Aska agar tak jatuh dari gendongan nya.

"Itu lebih baik daripada dia di gendong sama manusia nggak punya otak kayak lo." Arka beranjak hendak mengambil tubuh Aska nya dari Devan.

Devan menghindar, ia tau semua ini akan terjadi namun ini sudah konsekuensi nya kan. Salahnya yang dulu suka menyakiti anak sebaik Aska. Jika di tanya pun ia pasti menyesal melakukan nya. Jika saja ia dapat mengulang waktu ia juga tak ingin menorehkan luka pada tubuh kecil Aska. Ia tak akan membuat Aska kecil merasakan perih nya pembullyan.

"Gue abang kandung nya, jadi gue lebih berhak atas Aska daripada lo." Arka menggeram marah.

Arka menarik sedikit kasar tubuh Aska dari gendongan Devan. Membawanya dalam gendongan nya membuat Aska yang tadinya tertidur langsung membuka manik bulat nya. Menatap heran ia dan Devan dengan sayu.

"Abang kenapa?? " Tanya Aska tak paham. Kepala nya sedikit pusing efek terbangun tiba tiba.

"Kenapa kamu nggak bilang kalo dia orang yang udah bully kamu Aska?? " Tanya Arka masih dengan Aska yang ada di gendongan koala nya.

Aska menggeleng tak paham, perlahan ia menurunkan tubuhnya. Setelah berhasil turun dari gendongan abang nya kedua manik nya menatap tak paham ke abang nya. Kenapa abang nya tiba tiba bertanya seperti itu. Dan ada apa dengan tatapan abang nya.

"Aska nggak paham abang.... " Aska menggeleng pelan, tangan kiri nya mengusap pelan lengan kiri nya yang tadi telah di balut kasa. Rasanya sedikit perih saat tertarik abang nya tadi.

Arka menarik Aska kebelakang nya, tak kasar namun hal itu tentu sama mengundang kekesalan Devan. Ayolah Arka memang berhak marah tapi tak harus dengan melampiaskan nya pada adik nya kan. Aska bahkan tak tau apa apa, anak itu baru saja terbangun dan tiba tiba di tanya hal seperti ini.

"Lo jangan kasar ke Aska" Kesal Devan tak terima.

Arka menatap tajam Devan, bagaimana bisa ia mempercayai bocah nakal seperti nya. Harusnya ia tau sejak awal jika ada sesuatu di balik rasa sayang Devan pada adik semata wayang nya.

"Kalo gue tau lo orang yang udah nyakitin dia, gue nggak akan pernah sudi biarin lo nyentuh Aska gue."

Devan menghela nafas kasar "Gue tau gue salah tapi gue bener bener nyesel udah nyakitin Aska, kalo lo tanya apa gue nyesel sama perlakuan gue dulu ke Aska tentunya gue kesel. Kenapa gue bisa jahatin anak semanis Aska."

"Lo tau bang, jujur gue dulu suka banget lukain Aska, kurung Aska di kamar mandi sekolah, siram dia pake air kotor, jegal kaki dia bahkan bikin dia di hukum pun sering gue lakuin"

"Lo____"

"Lo tau kenapa??" Devan memotong ucapan Arka segera menatap Arka yang masih saja menatapnya begitu tajam.

"Karena gue nggak suka liat anak sepolos Aska, gue nggak suka anak senaif dia yang dengan gampang nya di manfaatin tanpa dia sadari. Gue cuma pengen kasih tau kalo banyak orang jahat di bumi ini"

Little Brother (End) Where stories live. Discover now