#46

3.6K 631 139
                                    

Aku memandang Jungkook yang kini tertidur di sofa. Ia demam dan sempat mengigau dalam tidur. Padahal, ia belum sempat memberi tahu apa yang terjadi sehingga membuatnya begini. Aku tak mau memaksa dan membiarkannya meringkuk di sofa.

Tanganku menggenggam ponsel. Aku bingung, siapa yang seharusnya kuhubungi. Yoongi? Namjoon? Jimin? Aku mengerucutkan bibir miring. Tak berselang lama, ponselku berdering lebih dulu. Aku mengangkat panggilan dari Yoongi.

"Kau di apartemen, kan?"

"Iya. Anu... JK di sini...."

Terjadi keheningan sesaat.

"Jadi, dia ke tempatmu?"

"Memangnya ada apa?" Pandanganku berpindah ke Jungkook lagi. Aku berjongkok di samping sofa dan mengusap dahinya. "Dia demam."

Yoongi menghela napas panjang. "Aku akan ke sana."

"Tidak usah. Aku akan mengurusnya. Aku hanya perlu memberi tahu biar kalian tidak cemas."

"Oke."

Sambungan terputus. Aku memperhatikan Jungkook sebelum beranjak untuk menyiapkan air hangat dan mengompres dahinya. Ia mungkin akan segera pulih. Biarpun gampang sakit, ia selalu sembuh dengan cepat. Begitulah yang pernah dikatakan Yoongi. Sebab, ia sering merawat JK kalau sakit di dorm.

Aku memutuskan menemaninya tidur di sofa daripada ranjang.

*

Hal pertama yang membangunkanku adalah suara merdu. Mataku sedikit menyipit ketika aku mengangkat kepala. Aku mengucek mata dan melihat Jungkook sudab berdiri di hadapanku sambil mengaduk sesuatu di cangkir.

"Selamat pagi," sapanya setelah berhenti bernyanyi dan tersenyum, menampakkan gigi kelincinya.

"Ah... kau sudah baikan?"

"Aku hanya demam sebentar." Ia menyodorkan cangkir itu ke depanku dan duduk di sofa. "Terima kasih sudah merawatku semalam. Aku merepotkan ya?"

"Sangat," balasku ketus. Lalu, tersenyum. "Tidak. Kau hanya perlu menceritakan kepadaku, kenapa datang-datang langsung membuatku panik?"

Jungkook mengerucutkan bibir ke samping. Ia menggigit kuku. "Masalah internal Bangtan."

Aku tak mau ikut campur. Maka, aku hanya meneguk minuman yang dibuatkan Jungkook.

"Aku membutuhkanmu karena kau netral," celotehnya lagi.

"Masih butuh teman untuk mendengarkan?" Aku bersendang dagu.

Ia tersenyum. "Tidak. Aku sudah baikan. Aku harus kembali karena ada pertemuan internal."

"Good." Aku beranjak dan menghampirinya. Kutepuk puncak kepalanya. "Jangan seperti kemarin. Kau bikin aku panik, Kook."

Ia menyingkirkan tanganku. "Sudah kubilang jangan perlakukan aku begini."

Aku terkekeh. "Maaf."

"Sampai ketemu di kantor besok. Bye." Ia melenggang pergi tanpa membawa apa pun.

Saat hendak membawa cangkir ke dapur, ponselku berbunyi. Tanpa melihat ke layar, aku menerimanya antusias karena berpikir dari Yoongi.

"Lagi bahagia, ya?" Spontan saja aku berhenti bicara saat mendengar suara yang tak asing dan menyerupai kutukan buatku.

Aku sedikit menjauhkan ponsel, lalu dengan keberanian penuh, menjawabnya.

"Berhenti mengganggu."

"Nggak yakin bisa. Kangen."

"Please, jangan ganggu hidupku."

"Nggak bakal bisa."

First Love (Cerita Halu BTS Suga)Where stories live. Discover now