Aku berkesempatan kuliah di Korea Selatan untuk student exchange selama satu semester. Suatu hari, aku butuh senior yang mau bantu kasih buku referensi selama di kampus. Temanku memberikan kontaknya. Begonya, dia salah ngasih nomor.
Nomor yang dia k...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
*
Naina mendengarkan keluh kesahku dengan saksama. Aku merasa bodoh dan menyedihkan sehingga berulang kali tertawa sekadar menghapus rasa malu.
"Wah... gue jadi malu." Aku mengusap pipi yang basah oleh air mata.
"Lo di mana?"
"Gue di luar. Lihat kendaraan lalu-lalang di bawah."
"Hah? Jangan aneh-aneh! Apa perlu gue telepon Yoongi, nih?"
"Nggak usah. Gue nggak apq. Cuma butuh udara segar buat berpikir." Aku menyandarkan tangan pada birai jembatan. "Nanti lo malah dikira sasaeng."
"Lo kapan balik, sih?"
"Besok."
"Coba lo alihin aja perhatian ke yang lain."
"Tugas kampus gue kayaknya udah cukup. Gue tutup ya, Na. Makasih. Nanti gue telepon lagi."
Aku mengembuskan napas setelah menyudahi percakapan. Ada banyak pesan yang masuk. Kebanyakan dari Jungkook yang menanyakan keadaanku. Ia mencoba menelepon, tapi aku tak mengangkat. Dan, pesannya selalu sama. Menanyakan keadaanku.