Aku berkesempatan kuliah di Korea Selatan untuk student exchange selama satu semester. Suatu hari, aku butuh senior yang mau bantu kasih buku referensi selama di kampus. Temanku memberikan kontaknya. Begonya, dia salah ngasih nomor.
Nomor yang dia k...
Aku memandang ponsel itu cukup lama. Bibirku menganga, tidak percaya dengan penglihatanku sendiri. Kuletakkan ponsel itu di meja, membereskan buku dan menutup laptop.
Begitu masuk ke kamar Naina, kulihat ia sedang mencatok rambutnya di sana. Ia memandangku selama beberapa saat dan kubalas dengan tatapan tajam. Aku tak mengatakan sepatah kata pun, langsung mengambil ransel, mengemasi baju-bajuku dari lemarinya.
"Ngapain lo?" tanyanya.
Pertanyaannya tak kujawab. Aku bergegas cepat keluar kamar dan memasukkan buku serta laptop yang kutinggalkan di meja. Dari belakang, Naina mengikutiku. Raut wajahnya menunjukkan kebingungan melihat kegusaranku.
"Lo mau ke mana??" tanyanya. "Jawab dong kalau ditanya!"
Sebelum melenggang pergi, aku memutar badan menghadapnya, lantas mendaratkan tamparan ke pipinya hingga membuatnya terkejut. Matanya membeliak kaget.
"What the...."
"Gue nggak nyangka aja lo begini sama gue." Aku menaikkan hoodie dan berbalik badan, berjalan gusar meninggalkan apartemen Naina.
Jam sudah menunjukkan pukul delapan malam saat aku berjalan di trotoar dengan langkah lesu. Kumasukkan kedua tanganku ke kedua saku hoodie sambil mengedarkan pandangan ke sekeliling. Ngeri juga kalau tiba-tiba ada sasaeng yang menyerangku seperti waktu itu.
Aku membuka ponsel. Ada banyak panggilan tak terjawab dari Naina dan pesan yang ditinggalkannya. Tampaknya, ia sudah tahu alasanku marah.
¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.
Persetan.
Aku memutuskan tak kembali ke dorm karena malas melihat wajahnya kalau benar-benar mencariku ke sana. Aku berhenti di halte, menunggu bus. Berhubung Bangtan ada jadwal di luar kota untuk keperluan syuting, aku jadi tak mau mengganggu mereka, apalagi Yoongi.
Aku menaiki bus menuju Gangnam. Tepatnya ke kantor agensi. Sepanjang jalan, aku menyandarkan kepala pada kaca jendela. Sejak tadi, aku mematikan ponsel menghindari panggilan Naina. Aku sedang malas diganggu dan ingin mengosongkan pikiran.
*
Jam segini, masih ada beberapa staf dan trainee yang berlatih. Aku berpapasan dengan beberapa orang yang tampak bingung dengan keberadaanku. Aku hanya memberikan senyum simpul, melanjutkan langkah menyusuri koridor studio, lalu masuk ke Genius Lab. Wow. Aku cukup terkesima karena ia tidak kunjung mengganti password dan mempercayakan ingatanku—dan Jungkook.
Aku melempar ransel ke sofa, melepas hoodie dan hanya memakai tank top. Kulempar badanku duduk di sofa panjang sambil mengeluarkan ponsel untuk menghidupkan. Aku berniat memesan makan.
Oh, btw, sekalian izin ke empunya studio. Setelah memberikan kabar, aku mengeluarkan laptop dan melanjutkan tugasku.