25. SALAH PAHAM

3.1K 261 58
                                    

Pembaca yang baik adalah mereka yang tau caranya menghargai karya orang lain.

🎶Arsy Widianto feat Brisia Jodie - Dengan caraku

Jangan menasehati orang yang sedang jatuh cinta, itu sia-sia. telinga mereka tidak akan mendengarkan apa yang kau ucapkan, mata mereka tidak akan melihat apa yang kau perlihatkan.

****

Senja terjaga. Sayup-sayup ia membuka sedikit matanya. Tangannya spontan melindungi wajah dari terpaan sinar matahari pagi yang masuk melalui celah jendela terbuka. Dengan masih menutup mata sempurna, tangan gadis itu merayap meraih jam alarm di atas nakas. Mengangkatnya naik guna melihat pukul berapa saat ini.

"Oh baru jam tujuh lewat lima," kelakar Senja. Masih belum sadar rupanya. Lantas kembali menutup mata sambil menarik selimut tebalnya hingga atas kepala.

"HAH JAM TUJUH LEWAT LIMA?!" pekik Senja membulatkan kedua matanya seketika begitu sepenuhnya sadar hari sudah menjelang siang.

Detik dimana Senja merutuki diri sebab semalam tak kunjung lelap, secepat kilat ia menyibak selimut. Berlari menuju kamar mandi tanpa mau membuang-buang waktu lagi.

"MAMA KENAPA GAK BANGUNIN SENJA?!"

"BIASANYA JUGA KAMU GAK KESIANGAN!" Mama hanya bisa membalasnya dengan berteriak juga dari arah dapur lantai satu begitu suara Senja terdengar menggema.

Selang beberapa menit kemudian, Senja telah rapi dengan seragam lengkap dengan dasi. Menuruni lantai satu dengan terburu-buru. Lantas dengan sigap menegak segelas susu buatan Mama tanpa banyak berkata.

"SENJA KAMU NGGAK SARAPAN DULU?!" pekik Cantika geleng-geleng kepala melihat si sulung yang nampak terburu-buru.

"UDAH SIANG BANGET MA, SENJA SARAPAN DI SEKOLAH AJA! "balas Senja setengah berteriak.

Langkah kaki membawanya pada seorang supir yang tengah menikmati kopi di pagi hari. Sejujurnya Senja tidak tega mengganggu waktunya, namun kali ini saja ia harus memaksa supirnya itu untuk cepat mengeluarkan mobil dari dalam bagasi.

****

Bukan menjadi kebiasaan untuknya datang terlambat. Mungkin hanya sekali dua kali saja, namun di satu sisi Senja juga harus mengerti jika sekolahnya begitu ketat. Kini, dengan kedua tangan mengalungi jeruji besi gerbang, Senja mengerjap beberapa saat pada salah seorang satpam yang nampak duduk tenang membiarkannya tidak bisa masuk ke dalam gedung sekolah.

"PAK, AYOLAH BUKA PINTUNYA! BESOK SAYA BAWAIN JANDA ANAK DUA!"

Namun meski begitu, Senja masih tetap memaksa. Dilihatnya satpam bertubuh gempal itu menyeruput secangkir kopi sebelum mengangkat pandangan. "Pulang aja lu. Mau nyogok pake gadis atau janda nggak bakal mempan."

"PAK BOTAAAAAKK!" Senja mulai dilanda frustasi tingkat tinggi.

Gadis itu bahkan tak sungkan berpura-pura menangis sejak tadi. Masalahnya jika Senja pulang sebelum waktu pulang sekolah, sudah pasti Mama memarahinya habis-habisan di rumah.

Mama akan menceramahi Senja sekiranya 24 jam hanya karena Senja datang kesiangan. Ia akan dibanding-bandingkan dengan adiknya—Bulan, lalu uang jajan juga jadi ancaman.

Di tengah perasaan yang penuh kekalutan, samar-samar Senja mendengar bunyi siulan. Disusul suara datar bernada ejekan yang amat Senja kenal.

"Heh sinting, lo telat juga?"

Praktis Senja menoleh ke belakang. Mendapati Langit yang sekonyong-konyong berjalan sambil mengisap sebatang nikotin yang terselip di antara kedua jarinya. Dia bertanya tepat ketika kelupan asap mengapung di udara.

Langit Senja [SEGERA TERBIT]Where stories live. Discover now