Chapter 9 : Boneka

745 139 11
                                    

Suara terengah-engah di tengah hutan salju di daerah terlarang telah membangunkan sesuatu. Pemilik suara, Cail, sama sekali tidak menyadarinya, dia sedang melalui proses perubahan menjadi Chimera setelah menyerap darah binatang ajaib.

Warna kemerahan memenuhi retina matanya, hampir mengubah warna mata violetnya. Dia merasakan sel-sel di dalam tubuhnya sedang merekonstruksi fungsinya, memakan kemanusiaan yang tersisa.

Khaaak!

Khaaak!

Khaaak!

Cail tersentak mendengar suara familiar itu. Sekelompok burung gagak, yang entah sejak kapan, bertengger di pohon-pohon sekitarnya, mengelilinginya.

Dia mencoba menggerakkan tubuhnya, sayangnya proses perubahan belum selesai, dia masih lumpuh. Cail berpikir mungkin binatang ajaib lainnya datang karena mencium bau darah spesies mereka, dia dalam bahaya.

Kesadarannya berangsur-angsur tenggelam untuk menyempurnakan prosesnya. Cail tidak punya energi untuk peduli apakah binatang ajaib yang datang itu akan memakannya atau tidak, dia merasa sangat letih.

Khaaak!

Salah satu burung gagak terbang menghampirinya, memeriksa apakah dia telah menjadi mayat karena napasnya semakin tipis. Ketika Cail sepenuhnya pingsan, burung gagak itu terbang kembali ke tempatnya seolah-olah menerima instruksi seseorang.

Bayangan hitam besar tiba-tiba muncul di samping Cail, perlahan-lahan menampakkan penampilannya yang sesungguhnya. Jubah penyihir hitam dengan pola keemasan yang membentuk simbol di punggungnya. Wajahnya tertutup tudung jubah, yang nampak ialah tangannya, yang seputih salju, itu menjangkau Cail.

Saat menyentuh wajah Cail yang ternoda darah, orang itu tampak terkejut dengan reaksinya yang seperti tersengat. Perilakunya sebelumnya, yang seperti dia menemukan mainan baru, kini berubah signifikan.

Khaaak!

Burung gagak yang sama hinggap ke bahunya, seakan menjalin komunikasi. Mereka berdua menatap Cail dengan kebingungan seolah ini di luar ekspektasi.

"Apakah anak ini memang dia?" tanyanya pada gagak di pundaknya.

Khaaak!

"Kalau begitu, ...."

Orang itu mengulurkan kedua tangannya dan memeluk sosok kecil Cail yang malang itu dengan lembut. Dia melirik bangkai-bangkai binatang ajaib yang hancur, memiliki pemahaman tentang apa yang terjadi.

Aura hitam melonjak ke sekitar, menghapus jejak darah dan semua bangkai sebagai bentuk kemarahannya.

Khaaak!

Khaaak!

Khaaak!

Gagak lainnya terbang berputar-putar di sekitar, seperti awan hitam yang bergerak mengepungnya dan anak dalam pelukannya.

"Tapi, aku tidak bisa menahannya di sini," gumamnya dengan ironis.

Khaaak!

"Aku hanya bisa sedikit menyembuhkan rasa sakitnya dan membuatnya lebih kuat. Selebihnya, aku berharap dia berhasil bertemu dengan tubuh utama." Dia membawa anak itu pergi ke tempatnya yang merupakan pintu ke Abyss. Dia akan merawatnya sementara.

***

Cail membuka matanya dengan perasaan linglung berkepanjangan, seakan dia telah tidur untuk waktu yang lama dan beberapa memorinya terhapus. Dia terbaring di ladang salju yang dekat dengan area luar daerah terlarang dan tak dapat mengingat mengapa dia ada di sini.

Bukankah seharusnya dia meminum darah binatang ajaib? Lalu, bagaimana dia malah terbaring tenang di tempat yang berbeda?

"Ah?" Cail terkejut mendengar suaranya sendiri yang serak.

Kebahagiaan Protagonis Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin