Chapter 33 : Mengikuti Alur?

341 87 15
                                    

Gelandangan, yang tertawa terbahak-bahak pada saat ledakan besar terjadi, terhuyung-huyung menuju ke tempat yang sepi. Dia mendecakkan lidahnya dengan jengkel seolah hal yang menggembirakan sebelumnya dihentikan saat memasuki adegan terpenting.

Tubuh ringkih, tulang-tulang menonjol, kulit yang kering, dan badan lengket berminyak, serta bau tak sedap. Dia adalah orang terkotor dari daerah kumuh Ibukota Marine. Semua orang di daerah kumuh mengenalnya sebagai Si Gila.

Tak ada yang tahu kapan dan bagaimana orang itu bisa berada di antara mereka, tetapi kegilaannya sangat terkenal. Bahkan, penjaga Ibukota beberapa kali menahannya di penjara, tetapi akhirnya dibebaskan untuk alasan yang aneh, yakni tak tahan dengan kegilaannya.

Dia menyeret kakinya yang bengkok semakin menjauh dari wilayah paparan ledakan.

"Mengganggu sekali," dengkusnya dengan suara kering.

***

Para penyihir disertai pasukan ksatria dan prajurit berbondong-bondong mengatasi kehancuran mengerikan itu. Tidak ada yang memperhatikan si pelaku yang menyebabkan ledakan. Tidak, lebih tepatnya kambing hitam.

Cail dibawa keluar dari kobaran api oleh Rui, dia syok atas betapa cepatnya peristiwa luar biasa saling menyambung. Cail merasa bersalah atas kecerobohan yang menyebabkan Rui terpaksa menentang rencana.

"Kau seperti adik kecilku...." Rui berbisik pelan sambil menggendong Cail dengan kedua tangannya, mendekatkan tubuh kecil itu untuk mengetahui kondisinya.

Meskipun Rui hanya mengatakan itu sambil lalu, Cail tersentak ketika mendengarnya. Perasaannya rumit. Dia sangat mengenal Rui. Namun, di waktu yang sama, Cail tak tahu lebih jauh tentang Rui selain dari deskripsi novel "Ways of Heroes".

-"Cara agar ingatanmu tak terhapus, tetaplah dekat dengan Rui!"

'Mengapa?' Cail bertanya-tanya seraya menutup matanya, pakaian pendeta Rui terasa lembut dan hangat seolah dibuat dari bulu halus yang ditenun secara khusus.

"Di mana rumahmu? Atau kau ingin menginap di penginapan?" tanya Rui dengan nada ramah.

'Ah, ini pertama kalinya aku bertindak impulsif tanpa mempertimbangkan lebih dalam. Dia pasti marah, tapi jika kubiarkan, dia akan mati. Rasanya, aku akan kehilangan sesuatu yang besar jika dia mati.... Perasaan yang aneh.' Rui menutup Observer Eye sembari melirik kerumunan orang-orang yang mendekat.

Mereka tak bisa dilihat orang lain sebab penghalang pelindung juga melindungi keberadaan mereka agar tak terdeteksi.

"Rumah … manor Castalia di utara, agak jauh dari sini," jawab Cail yang suaranya terdengar lemah.

"Kalau begitu, tunjukkan jalannya!" Rui khawatir saudara-saudaranya akan menemukan dia di sini. Oleh karena itu, dia akan mengurangi penggunaan Observer Eye.

Cail menarik-narik pakaian Rui untuk mendapatkan perhatiannya, Cail tahu Rui sedang gelisah tentang sesuatu sehingga yang terakhir menghindari kontak mata.

"Izinkan aku menggunakan Isyarat Psikologis untuk peta visual," tutur Cail dengan rasa takut kalau Rui akan menolak.

Lebih cepat bila Rui mengetahui sendiri daripada dipandu, lagipula Cail harus segera berada di manor supaya tak dicurigai.

Rui tersenyum. "Baiklah, lakukan itu dengan cepat!"

Ekspresi datar Cail berubah terkejut. [Emotionless] tanpa sadar dinonaktifkan sejak melihat Rui. Cail tak punya waktu memikirkan lebih lanjut perihal alasan Rui yang begitu mudah padanya.

Iris ruby berganti violet dan semakin gelap menyerupai hyacinth. Peta visual lokasi manor Castalia tersambung ke pikiran Rui tanpa perlawanan.

Rui memujinya, "Bagus sekali." Kemudian, mencuri jarak dalam sekali langkah instan dan mereka tiba di depan pintu masuk manor.

Kebahagiaan Protagonis Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt