Chapter 67 : Origin Jaehwan (Selingan)

102 19 4
                                    

Di Aula Star Cluster, Jaehwan, yang sedang bermain-main dengan bidak catur Raja, menolehkan kepalanya ke samping, hamparan bintang-bintang, yang sebelumnya selalu berada di sana, telah redup.

Kecermelangan digantikan oleh lubang hitam yang begitu besar dan masif. Jaehwan menyangga dagunya sambil bergumam dengan suara rendah, "Akhirnya sampai juga di sini. Sekarang, aku penasaran apa yang akan kau pilih, Rui? Apakah kau akan membunuh adik kecilmu sendiri atau ...."

Taak! Taak! Taak!

Jaehwan melemparkan bidak catur Raja itu seolah dia sedang membuat ramalan. Tangannya tak berhasil menangkapnya sehingga itu terjatuh ke lantai kristal dengan suara keras.

Jaehwan menjentikkan jarinya untuk menonton rekaman Quill of Ember yang telah dia sadap. Rekaman regresi pertama lalu dunia pertama sebelum regresi.

Dia menyaksikan hal-hal tertentu yang diarahkan secara sistematis. Semuanya hanya demi hiburan keberadaan tertentu. Sungguh ironis bahwa permainan dan segala sesuatu yang terjadi hanya untuk menarik perhatiannya.

Jaehwan memejamkan matanya, mengingat saat dia pertama kali menemukan 'dia', yang seharusnya tak ada lagi.

"H-halo, namaku Yoo Han, senang bertemu denganmu," ucap seseorang dengan suara gugup seakan dia takut menganggu.

Jaehwan, yang sisi wajahnya cacat, tertegun saat mendengar nama itu. Dia bertanya-tanya apakah itu kebetulan?

Dia, yang sedang duduk di bangku, segera mengangkat wajahnya untuk melihat orang yang memiliki nama itu. Pada saat itu, dia benar-benar merasa bahwa kebetulan yang begitu luar biasa ini tidak nyata.

Wajah, nama, dan suara, tiga hal yang sangat mirip. Juga, satu hal kritis adalah cahaya mata, yang menunjukkan jiwa, itu tampak sama dalam ingatannya.

"Ah, kau bisa memanggilku Jaehwan," balasnya secara refleks.

"Begitu, ehm ...." Yoo Han menggaruk pipinya, lalu bertanya, "Ini pertama kalinya kita bertemu, kan? Kau tampak tidak asing bagiku."

Jaehwan tersenyum, tetapi matanya semakin tajam. "Betulkah? Apakah kau telah bekerja di sini sejak lama?" selidiknya.

Yoo Han memiringkan kepalanya ke samping, gerakan bawah sadar itu membuat Jaehwan mendengus tak percaya pada kemiripan kebiasaan itu.

Yoo Han menjawab dengan samar-samar, "Aku tidak terlalu ingat, mungkin sekitar setahun kupikir."

Jaehwan berkedip membawa nuansa kesuraman. "Bolehkah aku memanggilmu Han-ah? Kau juga bisa memanggilku Hyung," ujarnya, mempertahankan senyumannya.

Yoo Han menggeleng pelan. "Aku pikir usiaku lebih tua darimu," tolaknya secara halus.

"Kalau begitu, senang bertemu denganmu juga, Han-ah," balas Jaehwan, yang pikirannya berkecamuk.

Waktu berikutnya, mereka bertemu lagi dan menjadi semakin akrab. Akan tetapi, Jaehwan semakin bertambah gelisah karena topik yang selalu diangkat oleh Yoo Han adalah sebuah novel tertentu.

Itu sebenarnya bukan hanya novel, Jaehwan sangat mengetahui untuk tujuan apa itu diciptakan.

Hingga pada suatu hari, dia melihat pemandangan yang mengerikan di sebuah gang gelap.

Seorang pria berlumuran darah duduk di sela-sela pengepungan dengan ekspresi santai. Saat pria tampan itu melihat Jaehwan datang, dia segera mengubah sikapnya, menampilkan seolah-olah dia telah dianiaya.

"Apa yang kau lakukan di sini, Rui?" Jaehwan tidak mempan terhadap tipuannya lagi.

Rui, yang penampilannya seperti bos geng penjahat yang habis berkelahi, berdiri tanpa kesulitan. Darah di wajah dan pakaiannya sepertinya hanya hiasan.

Kebahagiaan Protagonis Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang