Chapter 19 : Tamu Terhormat

499 115 4
                                    

Di sisi lain dari tempat Cail dan Rui, Lewis mengawasi Old Leo dan Jim dengan ejekan di matanya.

"Jebakan ulung." Sebenarnya, dia juga mendengar percakapan mereka yang 'disengaja'.

Lewis memahami trik penguasa daerah untuk memancing orang-orang kuat yang serakah serta yang berniat melanggar hukum dengan menyebarkan informasi penting. Walaupun informasi semacam itu mungkin terlalu bagus, tetapi mereka sama sekali tidak peduli, tamu terhormat bukannya ingin merahasiakan identitas.

Lewis berdiri dan berjalan ke arah pintu keluar setelah menyaksikan dua orang itu pergi, tetapi dia berhenti tiba-tiba saat sudut matanya menangkap pemuda yang ditemuinya pagi buta tadi. Lewis membeku.

Kakinya terasa kesemutan, dia sedikit menoleh untuk mengetahui dengan siapa pemuda berambut hitam itu, Lewis menganggapnya pemuda terlepas dari apakah dia mungkin masih anak kecil di sekitar umur 10 tahun ke atas, itu karena suasana pemuda itu terlalu tenang dan dewasa.

Di dunia ini, setidaknya di wilayah Selatan Benua Alteria, banyak anak-anak yang cukup kuat bekerja sebagai petualang, mereka merupakan murid penyihir atau dukun, jadi tidak aneh menemukan mereka yang bertindak selayaknya orang dewasa.

Saat Lewis hendak meneliti pemuda lain yang berambut biru, pemuda tersebut tersenyum ke arahnya, Lewis merinding, dia cepat-cepat pergi.

Firasatnya pada bahaya tingkat tinggi terpicu, dia tidak ingin tinggal lebih lama di Desa Palle! Lagipula dia sudah mendapatkan buruannya, dia hanya perlu melapor ke Administrator, catatannya bersih serta dia tidak pernah menyinggung Administrator.

'Ah, orang itu.' Cail mengenalinya sesaat sebelum Lewis menghilang dari pandangannya. 'Pirang, mata biru, tampan, ciri-ciri umum anggota kelas atas bangsawan.' File terkait hal tersebut pernah dia baca di kediaman Castalia.

"Kau mengenalnya?" tanya Rui yang tampak 'bersemangat'.

Cail berkedip-kedip bingung, baru kemudian dia tercerahkan, Rui sangat suka orang kuat dengan kekuatan murni, jelas bahwa rambut pirang Lewis menandakan bahwa dia berdarah murni. Dan Rui dengan Mata Pengamat-nya sangat mudah menentukan hal tersebut.

"Hanya bertemu sekali di pagi hari," jawab Cail.

'Dan aku membeli sebotol darah darinya,' tambahnya dalam hati dengan celaan pada diri sendiri.

Rui terlihat memikirkan sesuatu sebentar, lalu dia menyelesaikan makannya dengan elegan. Entah darimana saputangan putih itu dia dapatkan untuk menyeka mulutnya.

Rui melambaikan saputangannya ketika Cail melihat itu. "Aku mengambilnya dari orang yang lewat tadi."

Cail tercengang. 'Tepatnya mencuri yang bahkan tidak ada yang menyadarinya.' Kelopak matanya berkedut. Rui benar-benar berbahaya jika dia terus seperti itu. Cail ingin mengajarinya, tetapi rasanya itu tidak masuk akal. Sebagai chimera, dia lebih buruk dari Rui.

"Ayo kembali ke kamar dan beritahu aku informasi apapun yang kau ketahui tentang dunia ini," ajak Rui yang tak tahu malu.

Cail meletakkan beberapa koin perunggu di meja untuk bayaran atas makanannya, kemudian mengikuti Rui kembali ke kamar mereka.

Di tengah langkahnya, Cail mempertimbangkan rencananya lagi untuk aksinya malam nanti, biasanya bar di tempat manapun akan berisi orang-orang bermulut besar serta ada kemungkinan bahwa Torani juga ada di sana.

Di dalam kamar, Cail membeli kertas dan pena bulu dari penyedia penginapan dan menggambar peta Kerajaan Marina.

Peta tersebut sesuai dengan pengetahuan dari Gurunya terkait titik kontak serta daerah yang pernah dia kunjungi untuk membunuh ras penentang atas perintah Gurunya. Serta bagian dari ingatan novel "Ways of Heroes" juga dimasukkan.

Kebahagiaan Protagonis Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang