Chapter 46 : Dua Sisi

197 54 6
                                    

Cail menatap bayangan yang tiba-tiba muncul di depannya saat dia dipindahkan kembali ke Penjara Kognitif secara instan. Dia bertanya setelah menekan ketakutan akibat dampak pintu yang dia lihat sebelumnya, "Kenapa kau ada di sini?"

Bayangan itu tampaknya juga bingung, sesaat berikutnya dia mengubah wujudnya sehingga menjadi persis sama dengan Cail dalam Dunia Kognitif.

"Entahlah, aku mungkin tidak bisa menggantikanmu untuk sementara waktu. 'Entitas itu' tidak membiarkanku berkompromi dalam kendalinya. 'Itu' sepertinya ingin kau yang menderita." Bayangan berkata dengan nada datar seolah sedang membicarakan cuaca.

Cail merasakan kekesalan dan juga kebingungan, secara alami dia tahu pihak lain sedang mencoba mengekang sesuatu dan dia jelas tahu apa hal tersebut.

"Begitu," balas Cail sambil tersenyum pahit. Dia sudah menduganya. Tidak mungkin dia akan tetap didiamkan di sini. Juga, tindakannya sebelumnya yang menuju area pintu itu karena ketertarikan yang tak bisa ditolak.

Bayangan itu meraih tangannya seraya berbisik di telinganya, "Aku mungkin akan tidur lagi. Aku mencatat beberapa hal saat Rui tidak ada di sekitarku, temukan dan bakar setelah membaca catatan itu." Dia berhenti sejenak, lalu melanjutkan, "Saat kendali itu membuatmu jatuh dalam keputusasaan 'lagi', kau bisa memanggilku untuk membangunkanku. Sama seperti sebelumnya, bukankah sekarang kau sudah merasa sedikit lebih baik?"

Cail memang merasa lebih baik seolah-olah dia disegarkan dan siap menerima tekanan. Terlepas dari kejadian tak terduga yaitu pertemuannya dengan pintu itu, Cail tidak memiliki kekhawatiran lain yang mendesak.

Tentang ruang perpustakaan, mustahil baginya menerobos saat ini. Ada banyak ruang di Dunia Kognitif, tetapi dia hanya bisa berjalan beberapa langkah sebelum dipindahkan kembali ke penjara. Itu sebelum dia memutuskan berjalan-jalan dan sampai ke pintu hitam.

Jadi, dia menanyakan sesuatu yang membuatnya bingung, "Apakah kau yang menyedot emosi gelapku?"

Bayangan itu bergerak menjauh sambil menjawab, "Aku tidak tahu. Sepertinya selama kondisi emosimu di titik ekstrem, aku akan mengambil alih sebagian kecil. Bangunlah sekarang!"

Cail tidak segera menurut, dia masih penasaran satu hal. "Bagaimana caraku memanggilmu?"

Dia bertanya-tanya apakah bayangan itu ingin dipanggil dengan nama yang sama karena mereka berdua adalah satu orang. Namun, entah itu firasatnya atau sesuatu yang lain, Cail merasa dia dan bayangan berbeda.

Penjara itu hening beberapa saat sampai bayangan itu bersedia memberitahunya, "'Cail'. Panggil aku dengan nama itu, Yoo Han."

Bayangan itu langsung lenyap seakan terhapus oleh penghapus sebelum Cail sempat bereaksi. Cail membelalakkan matanya, dia punya tebakan yang mengerikan.

'Mungkin....'

Seketika Cail melihat lingkungan penjara memutar dan kabur, kemudian digantikan oleh cahaya biru yang familiar.

Dia membuka matanya setelah sensasi ditarik dari kedalaman jurang. Dia bernapas keras, terengah-engah karena rasa panas yang tersisa masih berdampak. Penglihatannya mulai jelas dan menampilkan seseorang yang paling dia kenali.

Ini bahkan belum seminggu semenjak dia menyerahkan kendali ke bayangan itu, tetapi dia merasa seperti sudah sangat lama.

"Yoo Han." Panggilan yang akrab dan suara yang dia rindukan diam-diam. Cail lega karena saat ini dia tidak dalam 'kendali' seperti sebelumnya.

Dia berada di kamarnya, ternyata ada orang lain selain Rui di sini, Cail mengangkat badannya yang lemas dan duduk sembari memperhatikan orang lain. Dia menghindari kontak mata dengan Rui, perasaannya masih canggung.

Kebahagiaan Protagonis Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang