Chapter 71 : Gerbang Masa Lalu Paralel

92 16 8
                                    

Segala macam jerat menekannya di sini, berat dan menyakitkan. Tubuh kecilnya tak mampu bertahan lebih lama, dia mendesis kesakitan, meratapi nasibnya yang malang.

Dia tidak ingat bagaimana dia bisa berada di sini, semua kenangannya ditutupi kabut tak terhingga dan dia dikirim ke tempat yang tak dia kenali.

Penglihatannya tidak jelas, tetapi dia dapat menyimpulkan bahwa sekarang ada kerumunan besar orang menontonnya seolah-olah dia adalah hewan pertunjukan sirkus.

Sirkus?! Kata tersebut membuatnya gemetaran tanpa alasan yang pasti. Pikiran acak merasuki kepalanya yang kosong, 'Ini bukan kenyataan, aku harus keluar dari sini.'

Namun, itu hanya berlangsung sekilas seperti kunang-kunang yang terbang begitu cepat, gagasannya langsung menguap.

Orang-orang di sekitarnya tertawa keras, bahkan ada yang melemparinya dengan sesuatu, kemudian cambuk yang dilapisi paku kecil menghantam punggungnya, menyebarkan jejak darah ke mana-mana.

'Sakit ... Ini bukan mimpi?!' Dia meringkuk untuk melindungi dirinya sendiri, pakaiannya kotor dam robek, serta aroma tubuhnya yang tidak sedap turut menambah penderitaannya.

Sorak-sorai semakin ricuh seakan tuntutan untuk mengeksekusinya telah tiba. Dia memiliki perasaan yang kuat bahwa dia seharusnya tak berada di sini, tetapi dia tidak bisa pergi bagaimanapun caranya.

'Siapapun ... Tolong aku!' mohonnya dengan penuh emosi, dia lemah saat ini dan tak bisa berbuat apa-apa untuk melawan jerat di tubuhnya.

"Tower of Desire benar-benar mengesankan," sindir seseorang yang suaranya terdengar familiar di telinganya.

Setelah batu itu terlempar, muncullah riak yang besar. Dia akhirnya dapat memahami ocehan-ocehan orang-orang itu. Namun, perasaan tidak nyaman yang luar biasa memenuhi hatinya. Dia ingin melihat siapa yang berbicara, tetapi matanya hanya menampilkan bayangan buram dengan warna-warna tercampur.

"T-tuan Spades, suatu kehormatan untuk menyambut Anda di sini," sapa orang yang mencambuknya tadi yang berdiri di dekatnya.

"Begitu ... Jika kau menghormatiku, berikan anak kecil itu padaku. Kebetulan aku sedang membutuhkan bahan eksperimen baru," ujar seseorang yang dipanggil Tuan Spades.

"T-tapi, tuan, anak ini adalah perwujudan bencana dalam ramalan itu, bukan sesuatu yang baik bagi Anda untuk membawanya," saran si pencambuk sambil menundukkan kepalanya.

Detik berikutnya, orang itu kehilangan jiwanya, lalu tersungkur ke lantai batu. Tubuhnya sekarang hanyalah cangkang kosong, semenjak Tuan Spades datang, suara-suara berhenti seolah-olah tombol pause ditekan.

"Jiwamu sangat tidak enak, lebih baik aku membuangnya ke kantong para Invigilator sialan itu," komentar Tuan Spades yang telah mencuri jiwa orang itu.

Kemudian, perhatiannya beralih ke bocah kecil yang berlumuran darah itu, mengerutkan dahinya sesaat sebelum menekuk kakinya untuk melihat lebih dekat.

Anak laki-laki itu terlihat imut dan unik karena dua warna berbeda di matanya. Mata kanan anak laki-laki itu berwarna merah, sementara mata kirinya berwarna violet.

Tuan Spades merasakan pertahanan hatinya yang kokoh langsung hancur saat ini. Pupilnya membesar ketika batasan emosi yang diatur oleh Tower of Desire terlepas.

Ilusi yang sering bermain-main di kedalaman kesadarannya dirilis di depannya. Anak laki-laki itu adalah seseorang yang telah dia cari sepanjang hidupnya sambil berpura-pura sebagai pelayan Tower of Desire.

Dia memejamkan matanya sejenak sebelum mengeluarkan pengaruhnya dan menarik semua jiwa orang-orang itu ke neraka buatan dalam salah satu dunia ilusi yang dia ciptakan.

Kebahagiaan Protagonis Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang