AADJ - 14. Ancaman

25 5 0
                                    

Jihan menggeliat kala cahaya terang menembus celah-celah gorden di kamarnya. Ia menatap jarum jam menunjukkan pukul setengah 6, ini tandanya masih cukup pagi.

Jihan beranjak dari tidurnya, langsung menatap cermin. Menampakkan pantulan dirinya yang masih mengenakan piyama unicorn dan rambut yang bisa dibilang sedikit berantakan.

Jihan langsung bergegas menuju kamar mandi, ia menguyur tubuhnya agar segar. Kali ini ia harus terlihat lebih tegar, jangan cenggeng hanya karena masalah cowok.

Jihan keluar sudah dengan seragam putih abu-abunya. Langsung melangkahkan kaki menuju meja rias.

"Oke Jihan, jangan nangis." Ucapnya menyemangati diri sendiri.

Jihan menyisir rambutnya, memberi-nya bedak di seluruh mukanya serta mempoleskan liptint candy agar tidak terlihat pucat. Ia biarkan rambutnya tergerai.

"Jihan, ayo sarapan!" Ajak Luna ketika memasuki kamar Jihan.

Jihan menoleh, menatap sang mama dengan senyum singkat. "Iya ma."

Jihan melangkahkan kaki menuju meja makan untuk melaksanakan sarapan pagi bersama mamanya.

****

Alan duduk di ruang tengah sembari merapikan rambutnya. Kini diruang tengah terdapat Alan, Gilang dan juga Chiko. Tentu saja, Chiko masih dalam keadaan tidur. Alan mengabaikannya. Ia kembali mengeluarkan ponsel dan memainkannya.

"Morning kiss." Ucap Chiko sambil menggeliat.

Alan bergidik jijik sambil gelengkan kepalanya pelan. "Dasar, kurang belaian."

Chiko langsung membuka matanya lebar-lebar, ia di buat kaget dengan penampilan Alan yang tak seperti biasanya.

"Buset bos, tumben lo udah rapi gini?" Heran Chiko.

"Masalah buat lo?" Sinis Alan.

"Ya kagak, sih. Heran aja gue bos. Lo kesambet setan dari mana?"

"Gtw." Sahut Alan singkat lalu berdiri meninggalkan Chiko.

****

Diruang makan, kini terdapat Luna dan Jihan yang sedang menyantap sarapan paginya. Suara dentingan sendok turut menyeimbangi setiap obrolan-obrilan mereka.

"Dari awal, mama udah ngerasa Defan pacarmu itu anak kurang baik. Kejadian juga kan?" Sindir Luna.

"Udahlah ma, lagian Jihan juga udah lupain semuanya." Elak Jihan tak mau membahas ini lebih panjang lagi.

"Sebelum-sebelumnya kamu harus cerita dulu kemama. Mama bisa tau lo mana anak yang baik dan yang kurang." Ujar Luna mewanti-wanti.

"Iya ma."

"Satu pesan dari mama!"ucap Luna sambil mengangkat jari telunjuk tangan kanannya.

"Apa ma?" Ucap Jihan menatap Luna.

"Jangan pernah benci, meski orang yang pernah kamu sayang itu telah menyakitimu. Jangan pernah bosan menyapa, meski orang yang pernah kamu suka pergi begitu saja."

"Iya, mamaku sayang." Ujar Jihan tersenyum.

"Mama begini karena sayang sama kamu. Mama nggamau kamu sedih hanya karna masalah cowok."

"Iya mamaku sayanng. Jihan udah selesai ma." Ucap Jihan sambil meletakkan gelasnya diatas meja.

'Tinn...tiinn...'

Suara klakson mengagetkan Luna, ia langsung berjalan menuju pintu utama niat untuk mengusir Defan.

"Kenapa sih, dia kesini lagi. Jadi bikin mood gue makin jelek aja." Gumam Jihan pada dirinya sendiri.

ANTARA ALAN DAN JIHANWhere stories live. Discover now